PENYAKIT MALARIA
Penyakit Malaria adalah
salah satu penyakit menular yang banyak terjadi di daerah tropis dan sub tropis. Penyakit
malaria merupakan
salah satu permasalahan kesehatan masyarakat yang bertanggungjawab atas
tingginya angka kematian di banyak Negara di Dunia. Malaria juga merupakan
ancaman bagi kelompok resiko tinggi yakni bayi, balita dan ibu hamil. Hampir separuh penduduk dunia yang tinggal di lebih
dari 100 negara endemis berisiko tertular penyakit malaria.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyakit Malaria adalah
salah satu penyakit menular yang banyak terjadi di daerah tropis dan sub tropis. Penyakit
malaria merupakan
salah satu permasalahan kesehatan masyarakat yang bertanggungjawab atas
tingginya angka kematian di banyak Negara di Dunia. Malaria juga merupakan
ancaman bagi kelompok resiko tinggi yakni bayi, balita dan ibu hamil. Hampir separuh penduduk dunia yang tinggal di lebih
dari 100 negara endemis berisiko tertular penyakit malaria.
Penyakit
malaria disebabkan oleh infeksi
protozoa parasite dari genus Plasmodium dengan sub species : Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax,
Plasmodium malariae, dan Plasmodium
ovale. Berdasarkan jenis Plasmodium
tersebut dapat dibedakan menjadi empat macam penyakit malaria yakni malaria
falsiparum atau tropika, malaria vivax atau tertiana, malaria malariae atau
kuartana, dan malaria ovale. Spesies
yang banyak ditemukan di Indonesia adalah Plasmodium vivax dan Plasmodium
falciparum.
Malaria di daerah
endemik seringkali bersifat kluster dan di daerah endemisitas permanen tidak
hanya tergantung pada ada tidaknya plasmodium atau vektor semata, tetapi harus
juga mempertimbangkan komponen yang lebih besar yaitu resting place dan breeding
place, yang merupakan komponen lingkungan tempat dimana nyamuk
melangsungkan kehidupannya atau disebut juga sebagai habitat nyamuk, jika kedua
komponen ini tidak disentuh, maka program pengendalian malaria akan mengalami
pasang surut.
Distribusi malaria di
Indonesia sangat bervariatif, namun sampai sekarang tidak ada satu propinsi di
Indonesia yang dinyatakan bebas malaria, selalu ada kabupaten yang berpotensi
menjadi daerah endemis malaria, namun secara makro dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu stratifikasi malaria
tinggi nilai API>5 per mil yaitu wilayah Indonesia Timur terutama Provinsi
Papua, NTT, dan Maluku, sedangkan yang masuk kategori malaria sedang (API 1-5
per mil) wilayah Kalimantan, sebagian Sulawesi dan Sumatera, sedangkan rendah
adalah Jawa-Bali, meskipun masih terdapat Desa/Fokus malaria tinggi.
Angka kesakitan malaria
yang masih tinggi, dan permasalahan lain yang timbul akibat malaria dapat
menghambat pembangunan di bidang kesehatan, penyakit malaria dapat berlangsung
berulang kali mengakibatkan kelemahan fisik bagi penderitanya, hal ini tentu
mempengaruhi penurunan produktifitas kerja pada kelompok penderita malaria usia
produktif, meningkatnya ketidakhadiran pada anak sekolah, kematian bayi,
kematian ibu, dan kelahiran bayi premature bila menimpa ibu hamil.
Hingga saat ini malaria masih saja
merupakan
penyakit yang mengancam masyarakat terutama masyarakat
yang tinggal di daerah endemik malaria khususnya di daerah terpencil yang jauh dari pelayanan kesehatan, terutama daerah pedesaan, baik di Jawa maupun di
Luar Jawa-Bali. Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI pada tahun 2007 jumlah populasi berisiko terjangkit malaria diperkirakan sebanyak
116 juta orang
sementara jumlah kasus
malaria klinis yang dilaporkan 1.775.845 kasus
(Annual
Malaria
Incidence/AMI
= 15,3 per
1000
penduduk). Jumlah kasus malaria klinis yang dilaporkan
sebanyak 930 ribu diantaranya
terjangkau pemeriksaan darah
(cakupan pemeriksaan darah 52,4%) dan jumlah
kasus positif malaria sebanyak 311.790 kasus (Annual
Parasite Incidence/API = 2,6
per 1000 penduduk).
Kabupaten Kulon Progo
merupakan daerah yang memiliki 12 Kecamatan dimana kasus malaria masih menjadi
masalah kesehatan di Kabupaten Kulon Progo. Terdapat 134 kasus malaria pada
tahun 2013 dengan API 0,28 0/00
, pada tahun 2014 terdapat 88 kasus malaria dengan API 0,20 0/00 , sedangkan pada tahun 2015 terdapat 122 kasus dengan API 0,29 0/00, dan pada tahun
2016 terdapat 92 kasus dengan API 0,22 0/00.
Gambaran situasi
penyakit malaria di Kabupaten Kulon Progo menunjukkan bahwa angka kesakitan
akibat penyakit malaria tahun 2013 sebesar 0,28116 per 1000 penduduk, di tahun 2014 menurun menjadi 0,20442 per
1000 penduduk, pada tahun 2015 terdapat 0,2922 per 1000 penduduk dan pada tahun 2016 terdapat 0,2203 per 1000
penduduk. Situasi malaria di Kabupaten
Kulon Progo tetap perlu diwaspadai terlebih karena berbatasan langsung dengan
daerah endemis malaria lain di luar Kabupaten Kulon Progo yang memungkinkan
terjadinya kasus import. Kabupaten Kulon progo saat ini
memiliki 3 kecamatan yang
masih ada kasus malarianya, yakni masing-masing adalah
Kecamatan Kokap, Kecamatan Samigaluh, dan Kecamatan Girimulyo. Kegiatan yang telah dilakukan dalam
rangka pemberantasan malaria meliputi : pengobatan klinis, kelambunisasi, dan
PE malaria. Upaya
penanggulangan malaria harus terus dilakukan untuk menghadapi eliminasi
malaria. Eliminasi malaria merupakan suatu upaya untuk menghentikan penularan
malaria setempat dalam satu wilayah geografis tertentu. Tindakan penanggulangan malaria yang sudah dilaksanakan di kabupaten
Kulon Progo adalah dengan penemuan penderita secara aktif (Active Case
Detection) melalui kunjungan rumah oleh Juru malaria Desa (JMD) dengan sasaran
seluruh penduduk /penderita yang mempunyai gejala malaria, survey demam (Mass
Fever Survey), survey darah massal (Mass Blood Survey) dan penemuan penderita
secara pasif yang dilaksanakan di unit pelayanan kesehatan.
Kejadian penyakit
malaria masih terus terjadi kemungkinan
diakibatkan oleh kondisi lingkungan fisik yang memiliki tempat perindukan dan
tempat hidup yang potensial bagi nyamuk. Tempat yang disenangi nyamuk untuk
berisirahat adalah tempat yang teduh dengan intensitas cahaya yang rendah,
lembab, sedikit angin, dan gelap. Tempat seperti ini mirip ekosistem hutan
dimana belukar ada di bawah pohon yang besar. Kanopi antar pohon dan keberadaan
belukar menghalangi sinar matahari masuk menembus permukaan tanah, sehingga
relative lebih lembab. Kejadian malaria ini juga terjadi akibat adanya
kontak antara manusia dengan Nyamuk Anopeles
sebagai vector malaria. Sering tidaknya kontak manusia dengan nyamuk
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik dan lingkungan rumah, serta praktik
pencegahan keluarga dalam upaya mengurangi gigitan nyamuk.
Faktor geografi dan meteorologi di Indonesia juga sangat menguntungkan
transmisi malaria di Indonesia, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi baik
dari lingkungan fisik maupun perilaku masyarakat. Dari sisi lingkungan fisik
terdapat berbagai komponen yang berpengaruh, antara lain, suhu, kelembaban,
curah hujan, ketinggian tempat, adanya sinar matahari, keberadaan breeding places dan resting place.
Daerah yang ditemukan
kasus malaria di Kabupaten Kulon Progo telah menyempit dan beberapa wilayah
kecamatan nilainya nol, tetapi di daerah kantong masih terus ditemukan adanya
kasus baru setiap tahunnya, hal ini tentu akan menyulitkan Kabupaten Kulon
Progo meraih predikat Eliminasi Malaria.
Peran serta petugas laboratorium dalam penanggulangan malaria sangat
besar. Petugas laboratorium merupakan ujung tombak dalam penegakan diagnosa
malaria melalui pemeriksaan secara mikroskopis dari suatu sediaan darah.
Pemeriksaan mikroskopis merupakan gold standart untuk mendiagnosis penyakit
malaria. Faktor utama penentu ketepatan diagnosis malaria antara lain :
kualitas sediaan darah, kompetensi petugas mikroskopis, dan kualitas mikroskop.
Faktor yang berpengaruh pada kualitas sediaan darah antara lain : pembuatan
sediaan apus darah, kualitas bahan dan reagen, serta cara pewarnaan. Faktor
lain yang berpengaruh pada kualitas mikroskop antara lain : pemeriksaan mikroskopik menggunakan jenis mikroskop dengan
penyinaran yang tidak optimal, pembesaran yang kurang, dan mikroskop yang
kotor/rusak/tidak terpelihara. Pengambilan dan pembuatan sediaan darah
malaria yang baik sangat
menentukan untuk ketepatan
diagnosis malaria. Pembuatan sediaan
darah digunakan untuk melihat karakteristik morfologi Plasmodium sp.
Sediaan darah untuk pemeriksaan malaria ada dua macam yaitu sediaan
darah tebal dan sediaan darah tipis. Kriteria sediaan darah tebal yang baik
yaitu volume darah yang diambil harus cukup (2-3 tetes) dan dibentuk lingkaran
dengan diameter ± 1 cm, ketebalan sediaan harus baik( sediaan diletakkan diatas
kertas tulis tulisan masih dapat dibaca), sediaan tidak terkelupas atau dimakan
serangga, dan sediaan tidak berlemak atau kotor. Kriteria sediaan darah tipis
yang baik yaitu bagian ujung sediaan berbentuk lidah, sediaan tidak terkelupas
atau dimakan serangga, dan sediaan tidak berlemak atau kotor.
Kegiatan pengambilan darah dan pembuatan sediaan darah di Puskesmas
Girimulyo I selain dilakukan oleh petugas laboratorium pada pasien dengan
gejala malaria juga dilakukan oleh tenaga JMD ( Juru Malaria Desa ) melalui kunjungan rumah. JMD melakukan
pengambilan dan pembuatan sediaan darah saat melakukan kunjungan rumah
menemukan anggota keluarga dengan gejala malaria dan saat ada pendatang dari luar daerah maupun masyarakat setempat yang
datang setelah berkunjung ke daerah malaria. Sediaan darah yang dibuat
kemudian dikirim ke puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan malaria oleh petugas
Laboratorium. Puskesmas Girimulyo I mempunyai 2 desa dengan 2 JMD. Hasil pencapaian kegiatan pengiriman sediaan darah dari JMD dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Pencapaian kegiatan pengiriman sediaan darah
dari JMD Puskesmas
Girimulyo I tahun 2012-2016
No
|
Tahun
|
Jumlah Sediaan Darah
|
1
|
2012
|
208
|
2
|
2013
|
112
|
3
|
2014
|
187
|
4
|
2015
|
126
|
5
|
2016
|
192
|
Kemampuan JMD di Puskesmas Girimulyo I
dalam membuat sediaan darah belum sepenuhnya memenuhi syarat sesuai dengan
syarat sediaan yang baik.
Dalam rangka peningkatan mutu laboratorium
Puskesmas Girimulyo I diperlukan adanya kinerja dan kerjasama yang baik dari
JMD dan petugas laboratorium dalam
membuat sediaan darah yang memenuhi syarat.
Oleh karena itu diperlukan adanya bimbingan dan pelatihan (on the job
training) dari petugas laboratorium kepada JMD
dalam pembuatan sediaan darah yang memenuhi syarat.
Berangkat
dari keadaan diatas maka muncullah ide penulis untuk memantau dan mengevaluasi kualitas
sediaan darah yang dibuat JMD
melalui ceklist sediaan
darah kemudian menindaklanjuti hasil pemantauan dengan bimbingan dan pelatihan (on the job
training) pembuatan sediaan darah kepada JMD setiap 3 bulan sekali. Kegiatan ini akan dilaksanakan secara terus menerus
demi menjaga kualitas mutu sediaan darah yang dibuat oleh JMD sehingga
dapat meminimalkan
terjadinya kesalahan dalam mendiagnosis malaria.
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Meminimalkan terjadinya kesalahan diagnosis malaria
2.
Tujuan Khusus
a.
Meningkatkan kualitas sediaan darah yang dibuat JMD agar memenuhi syarat
sediaan yang baik .
b. Menyediakan
instrumen
yang dapat digunakan untuk memantau dan mengevaluasi pembuatan sediaan darah yang
dibuat JMD
BAB
II
ISI
A.
Data
Permasalahan Kesehatan
Puskesmas
Girimulyo I terletak di Kecamatan Girimulyo, bagian utara Kabupaten Kulon Progo. Seluruh wilayah
merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian rata-rata 400-800 meter di atas
permukaan laut. Batas wilayah kerja Puskesmas Girimulyo I adalah :
a.
Bagian Utara : Desa Purwosari
b.
Bagian Barat : Desa Jatimulyo
c.
Bagian Timur : Kecamatan
Nanggulan
d.
Bagian Selatan : Kecamatan Pengasih
Transportasi dari
Puskesmas Girimulyo I ke desa dapat dijangkau dengan kendaraan umum, sedangkan
untuk wilayah pedukuhan 75 % dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua dan 15 %
daerah hanya dapat dijangkau dengan jalan kaki.
Secara administrasi Puskesmas Girimulyo I terdiri
dari 2 desa yaitu Desa Giripurwo dan Desa Pendoworejo. Desa Giripurwo terbagi
menjadi 15 dusun yakni Karang Anyar, Nglengkong, Grigak, Sabrang, Kebonromo, Wadas,
Banjaran, Ngesong, Penggung, Pringapus, Sidi, Kepundung, Tompak, Bulu, Sekaro
dan Desa Pendoworejo terbagi menjadi 17 dusun yakni Ngroto, Muten, Nglengkeh,
Gunturan, Kalisonggo, Tempel, Kepek, Jetis, Kalingiwo, Banaran, Turusan,
Tileng, Ngrancah, Krikil, Kamal, Balak, Kluwih.
Gambar.
1
PETA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GIRIMULYO I KAB. KULON PROGO
Jumlah penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Girimulyo I pada awal tahun 2017 tercatat sebanyak 12.063 jiwa.
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Girimulyo I sangat berpengaruh
terhadap upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan. Terdapat 12.063 KK di
wilayah kerja Puskesmas Girimulyo I ini. Sumber Daya Manusia yang ada di
Puskesmas Girimulyo I berjumlah
38 orang yang terdiri dari 26 orang
PNS, 3 orang PTT, 2 orang JMD, 3 orang THL, 2 orang pegawai BLUD.
Di Puskesmas Girimulyo I
dengan adanya 2 JMD sangat berperan penting dalam penemuan secara dini
penderita malaria. Kegiatan JMD dalam melakukan penemuan penderita secara aktif
(Active Case
Detection) melalui kunjungan rumah berupa pengambilan darah dan pembuatan
sediaan darah. Pembuatan sediaan darah malaria ada dua macam yaitu sediaan
darah tebal dan sediaan darah tipis. Sediaan darah tebal dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya Plasmodium dalam darah yang diperiksa. Sediaan
darah tipis dilakukan untuk konfirmasi spesies Plasmodium. Pembuatan
sediaan darah yang baik sangat berperanan penting dalam penegakkan diagnosa
malaria secara mikroskopis. Namun dari pemantauan yang dilakukan petugas
laboratorium terhadap sediaan darah yang dibuat JMD masih ada sediaan yang
belum memenuhi syarat sediaan darah yang
baik. Hasil pemantauan sediaan darah yang dibuat JMD sebagai berikut.
Gambar 2. Grafik sediaan darah yang tidak memenuhi
syarat
Pada Grafik menunjukkan bahwa pembuatan
sediaan darah dari JMD masih banyak yang tidak memenuhi syarat yaitu pada
sediaan tebal sebanyak rerata 38,75 % dan pada sediaan tipis sebanyak rerata
71,21 %.
Beberapa
hal yang menjadi penyebab permasalahan dari pembuatan sediaan darah oleh
JMD antara lain :
1.
Pada sediaan darah tebal masih ada yang tidak memenuhi syarat
dikarenakan diameter sediaan < 1 cm, sediaan ada yang terkelupas atau
dimakan serangga dan sediaan ada yang berlemak/kotor.
2.
Pada`sediaan darah tipis ada yang tidak memenuhi syarat dikarenakan pada
bagian ujung sediaan tidak berbentuk lidah,tidak ada bagian yang tipis diujung
sediaan sehingga bila dilihat secara mikroskopis akan terlihat eritrosit
bertumpuk-tumpuk tidak terpisah.
3.
Belum ada bimbingan dan pelatihan dari petugas laboratorium dalam
pembuatan sediaan darah yang baik.
Pembuatan sediaan darah yang tidak
memenuhi syarat dapat menyebabkan terjadinya kesalahan diagnosis malaria oleh
petugas laboratorium.
Salah satu upaya yang dikembangkan untuk
meningkatkan kualitas sediaan darah agar memenuhi syarat suatu sediaan yang
baik adalah dengan memantau dan mengevaluasi sediaan darah JMD oleh petugas
laboratorium dengan menciptakan ceklist sediaan darah sehingga memudahkan JMD
untuk mengetahui kesalahannya.
Pentingnya sediaan darah yang baik dapat
meminimalkan terjadinya kesalahan diagnosis malaria oleh petugas laboratorium.
Oleh karena itu diperlukan adanya bimbingan dan pelatihan dari petugas
laboratorium untuk mengarahkan dalam pembuatan sediaan darah yang memenuhi syarat.
B. Karya Inovasi
Ceklist
Sediaan darah merupakan instrumen yang dibuat dan diimplentasikan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas
sediaan darah yang dibuat JMD agar memenuhi syarat suatu sediaan yang baik.
Dengan instrumen ceklist sediaan darah ini dapat memudahkan JMD mengetahui kesalahannya
dalam membuat sediaan darah.
Gambaran mengenai ceklist
sediaan darah ini sebagai berikut :
1. Ceklist dibuat 1 lembar untuk 1 JMD untuk
pemantauan kualitas sediaan darah selama 1 bulan.
2. Ceklist yang dibuat berisikan syarat suatu sediaan yang baik, sediaan darah ada 2 macam yaitu sediaan
tebal dan sediaan tipis
a.
Syarat
sediaan darah tebal :
-
Diameter
sediaan ± 1 cm
-
Sediaan tidak terkelupas/dimakan serangga
-
Sediaan
tidak terlalu tebal
-
Sediaan tidak berlemak/kotor
b.
Syarat
sediaan darah tipis :
-
Bagian ujung sediaan berbentuk lidah
-
Sediaan tidak terkelupas/dimakan serangga
-
Sediaan tidak berlemak/kotor
Konsep penyusunan dan design ceklist terlampir.
3.
Alur Pengisian ceklist
Pengisian ceklist dilaksanakan oleh petugas laboratorium setiap JMD mengirim sediaan
darahnya.
Alur pengisian ceklist dapat
digambarkan sebagai berikut :
Ceklist
sediaan darah dilakukan mulai bulan februari 2016 di Puskesmas Girimulyo I. Uji
coba meliputi penerimaan sediaan darah dari JMD, dilakukan pemantauan dan
evaluasi sediaan darah melalui ceklist kemudian menindaklanjuti
hasil pemantauan dengan bimbingan dan pelatihan (on the job training) pembuatan
sediaan darah yang memenuhi syarat kepada JMD setiap 3 bulan sekali.
Hasil uji coba sebagai berikut :
-
JMD dapat memahami sediaan yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat.
-
JMD menerima
bimbingan petugas laboratorium untuk membuat sediaan darah yang memenuhi
syarat.
Gambar 4. Grafik prosentase kesalahan berdasar indikator
penilaian melalui ceklist :
Keterangan :
Indikator penilaian :
- Pada
sediaan tebal : 1. Diameter sediaan < 1 cm
2. Sediaan
terkelupas/dimakan serangga
3. Sediaan
terlalu tebal
4. Sediaan
berlemak/kotor
- Pada
sediaan tipis : 1. Ujung sediaan tidak berbentuk lidah
2. Sediaan terkelupas/dimakan serangga
4. Sediaan berlemak/kotor
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa untuk sediaan
darah tebal, kesalahan
yang paling banyak adalah
sediaan dengan diameter
<
1
cm (25,9%) dan untuk sediaan darah tipis adalah ujung sediaan tidak berbentuk lidah
(42%). Untuk itu dilakukan peningkatan kemampuan JMD dalam membuat sediaan darah dengan melakukan bimbingan pelatihan (ON The Job
Training).
Gambar 5. Grafik perubahan kesalahan yang dilakukan
oleh JMD dalam pembuatan sediaan tebal dari bulan Februari 2016-Februari 2017 :
Dari grafik diatas nampak bahwa terjadi penurunan jumlah sediaan tebal yang
diameternya kurang dari 1 cm (biru) akan tetapi masih belum membaik dan
ketebalannya (kuning) juga belum membaik,
sehingga masih perlu selalu diingatkan.
Bila sediaan terlalu tebal dan diameter kurang dari 1 cm maka saat dilihat
secara mikroskopis akan tampak leukosit yang saling bertumpukan sehingga dapat
mengakibatkan hasil negatif palsu karena parasit malaria tertutup leukosit dan
akan menyulitkan petugas saat penghitungan kepadatan parasit.
Gambar 6. Grafik perubahan kesalahan yang dilakukan
oleh JMD dalam pembuatan sediaan tipis
bulan Februari 2016 - Februari 2017 :
Dari
tabel diatas maka nampak bahwa kesalahan sediaan tipis yang ujungnya tidak
membentuk lidah makin lama makin berkurang, meski pada bulan februari meningkat
lagi sehingga kegiatan ini harus dilaksanakan secara terus menerus demi menjaga
kualitas mutu sediaan darah yang dibuat oleh JMD.
Upaya
peningkatan motivasi bagi JMD dengan
menggunakan media ceklist sediaan darah memberikan
dampak yang baik terhadap peningkatan kualitas sediaan darah dari JMD sehingga dapat meminimalkan terjadinya kesalahan diagnosis
malaria oleh petugas laboratorium. Hal ini dikarenakan kualitas sediaan darah yang memenuhi syarat merupakan salah satu faktor penentu ketepatan diagnosis malaria.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dengan diciptakannya ceklist
sediaan darah ini dapat memberi manfaat, antara lain :
- Instrumen yang telah disusun dapat digunakan
untuk memantau
dan
mengevaluasi pembuatan sediaan darah
yang dibuat JMD
-
Ada
peningkatan kualitas sediaan darah yang memenuhi syarat sebelum dan setelah
dilakukan monitoring dengan ceklist dan dilakukan pembinaan terhadap kesalahan
pembuatan sediaan darah JMD.
B. Saran
- JMD agar tetap mempertahankan
pembuatan sediaan darah yang
memenuhi syarat sediaan yang baik.
-
Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo dapat mengadopsi
Ceklist sediaan darah ini untuk disosialisasikan ke laboratorium puskesmas lain yang ada di Kabupaten Kulon Progo
sehingga dapat menerapkan di wilayah kerjanya.
BAB IV
PENUTUP
Iniah hasil kegiatan inovasi “ Ceklist Manis
Malaria Terkikis” yang dilaksanakan di laboratorium UPTD Puskesmas Girimulyo I.
Kegiatan inovasi “ Ceklist Manis Malaria Terkikis” ini bisa diterapkan di semua
laboratorium malaria untuk memantau dan mengevaluasi pembuatan sediaan darah
malaria oleh tenaga JMD. Kegiatan ini dilaksanakan secara terus menerus demi menjaga kualitas mutu sediaan
darah yang dibuat oleh JMD sehingga
dapat meminimalkan terjadinya kesalahan
diagnosis malaria oleh petugas laboratorium. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu kegiatan ini. Saran dan kritik yang membangun tetap kami harapkan demi kesempurnaan
kegiatan ini.
DAFTAR
PUSTAKA
DepKes RI. (1991) Buku Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium
Puskesmas, Jakarta.
Dirjen PP dan PL. (2011) Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria.
Kemenkes RI.
Dr.E.Elsa Herdiana Murhandarwati,M.Kes.,Ph.D,dkk. (2013) Panduan
Pemeriksaan Malaria Secara Mikroskopis. Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada.
Menkes RI. (2013) Pedoman Tata Laksana Malaria. Menteri Kesehatan
RI. Jakarta
DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBERIAN BIMBINGAN LATIHAN PEMBUATAN SEDIAAN DARAH
JMD OLEH PETUGAS
LABORATORIUM DI UPTD PUSKESMAS GIRIMULYO I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar