Kamis, 08 November 2018

MAKALAH PENYAKIT MALARIA "Ceklist Manis Malaria Terkikis"

PENYAKIT MALARIA
Penyakit Malaria adalah salah satu penyakit menular yang banyak terjadi di daerah tropis dan sub tropis.  Penyakit malaria merupakan salah satu permasalahan kesehatan masyarakat yang bertanggungjawab atas tingginya angka kematian di banyak Negara di Dunia. Malaria juga merupakan ancaman bagi kelompok resiko tinggi yakni bayi, balita dan ibu hamil. Hampir separuh penduduk dunia yang tinggal di lebih dari 100 negara endemis berisiko tertular penyakit malaria.




BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Penyakit Malaria adalah salah satu penyakit menular yang banyak terjadi di daerah tropis dan sub tropis.  Penyakit malaria merupakan salah satu permasalahan kesehatan masyarakat yang bertanggungjawab atas tingginya angka kematian di banyak Negara di Dunia. Malaria juga merupakan ancaman bagi kelompok resiko tinggi yakni bayi, balita dan ibu hamil. Hampir separuh penduduk dunia yang tinggal di lebih dari 100 negara endemis berisiko tertular penyakit malaria.
 Penyakit malaria disebabkan oleh infeksi protozoa parasite dari genus Plasmodium dengan sub species : Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Berdasarkan jenis Plasmodium tersebut dapat dibedakan menjadi empat macam penyakit malaria yakni malaria falsiparum atau tropika, malaria vivax atau tertiana, malaria malariae atau kuartana, dan malaria ovale. Spesies yang banyak ditemukan di Indonesia adalah Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum.
Malaria di daerah endemik seringkali bersifat kluster dan di daerah endemisitas permanen tidak hanya tergantung pada ada tidaknya plasmodium atau vektor semata, tetapi harus juga mempertimbangkan komponen yang lebih besar yaitu resting place dan breeding place, yang merupakan komponen lingkungan tempat dimana nyamuk melangsungkan kehidupannya atau disebut juga sebagai habitat nyamuk, jika kedua komponen ini tidak disentuh, maka program pengendalian malaria akan mengalami pasang surut.
Distribusi malaria di Indonesia sangat bervariatif, namun sampai sekarang tidak ada satu propinsi di Indonesia yang dinyatakan bebas malaria, selalu ada kabupaten yang berpotensi menjadi daerah endemis malaria, namun secara makro dapat dibagi menjadi  tiga kategori yaitu stratifikasi malaria tinggi nilai API>5 per mil yaitu wilayah Indonesia Timur terutama Provinsi Papua, NTT, dan Maluku, sedangkan yang masuk kategori malaria sedang (API 1-5 per mil) wilayah Kalimantan, sebagian Sulawesi dan Sumatera, sedangkan rendah adalah Jawa-Bali, meskipun masih terdapat Desa/Fokus malaria tinggi.
Angka kesakitan malaria yang masih tinggi, dan permasalahan lain yang timbul akibat malaria dapat menghambat pembangunan di bidang kesehatan, penyakit malaria dapat berlangsung berulang kali mengakibatkan kelemahan fisik bagi penderitanya, hal ini tentu mempengaruhi penurunan produktifitas kerja pada kelompok penderita malaria usia produktif, meningkatnya ketidakhadiran pada anak sekolah, kematian bayi, kematian ibu, dan kelahiran bayi premature bila menimpa ibu hamil.
Hingga saat ini malaria masih saja merupakan penyakit yang mengancam masyarakat terutama masyarakat yang tinggal di daerah endemik malaria khususnya di daerah terpencil yang jauh dari pelayanan kesehatan, terutama daerah pedesaan, baik di Jawa maupun di Luar Jawa-Bali. Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI pada tahun 2007  jumlah populasi berisiko terjangkit malaria diperkirakan sebanyak 116 juta orang sementara jumlah kasus malaria klinis yang dilaporkan 1.775.845 kasus (Annual Malaria Incidence/AMI = 15,3 per 1000 penduduk). Jumlah kasus malaria klinis yang dilaporkan sebanyak 930 ribu diantaranya terjangkau pemeriksaan darah (cakupan pemeriksaan darah 52,4%) dan jumlah kasus positif malaria sebanyak 311.790 kasus (Annual Parasite Incidence/API = 2,6 per 1000 penduduk).
Kabupaten Kulon Progo merupakan daerah yang memiliki 12 Kecamatan dimana kasus malaria masih menjadi masalah kesehatan di Kabupaten Kulon Progo. Terdapat 134 kasus malaria pada tahun 2013 dengan API 0,28 0/00 , pada tahun 2014 terdapat 88 kasus malaria dengan API 0,20 0/00 , sedangkan pada tahun 2015 terdapat 122 kasus dengan API 0,29 0/00,   dan  pada tahun 2016 terdapat 92 kasus dengan API 0,22 0/00.
Gambaran situasi penyakit malaria di Kabupaten Kulon Progo menunjukkan bahwa angka kesakitan akibat penyakit malaria tahun 2013 sebesar 0,28116 per 1000 penduduk,  di tahun 2014 menurun menjadi 0,20442 per 1000 penduduk,  pada tahun 2015 terdapat 0,2922 per 1000 penduduk dan pada tahun 2016 terdapat 0,2203 per 1000 penduduk. Situasi  malaria di Kabupaten Kulon Progo tetap perlu diwaspadai terlebih karena berbatasan langsung dengan daerah endemis malaria lain di luar Kabupaten Kulon Progo yang memungkinkan terjadinya kasus import. Kabupaten Kulon progo saat ini memiliki 3 kecamatan  yang masih ada kasus malarianya, yakni masing-masing adalah Kecamatan Kokap, Kecamatan Samigaluh, dan Kecamatan Girimulyo. Kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka pemberantasan malaria meliputi : pengobatan klinis, kelambunisasi, dan PE malaria. Upaya penanggulangan malaria harus terus dilakukan untuk menghadapi eliminasi malaria. Eliminasi malaria merupakan suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria setempat dalam satu wilayah geografis tertentu. Tindakan penanggulangan malaria yang sudah dilaksanakan di kabupaten Kulon Progo adalah dengan penemuan penderita secara aktif (Active Case Detection) melalui kunjungan rumah oleh Juru malaria Desa (JMD) dengan sasaran seluruh penduduk /penderita yang mempunyai gejala malaria, survey demam (Mass Fever Survey), survey darah massal (Mass Blood Survey) dan penemuan penderita secara pasif yang dilaksanakan di unit pelayanan kesehatan.
Kejadian penyakit malaria masih terus terjadi kemungkinan diakibatkan oleh kondisi lingkungan fisik yang memiliki tempat perindukan dan tempat hidup yang potensial bagi nyamuk. Tempat yang disenangi nyamuk untuk berisirahat adalah tempat yang teduh dengan intensitas cahaya yang rendah, lembab, sedikit angin, dan gelap. Tempat seperti ini mirip ekosistem hutan dimana belukar ada di bawah pohon yang besar. Kanopi antar pohon dan keberadaan belukar menghalangi sinar matahari masuk menembus permukaan tanah, sehingga relative lebih lembab. Kejadian malaria ini juga terjadi akibat adanya kontak antara manusia dengan Nyamuk Anopeles sebagai vector malaria. Sering tidaknya kontak manusia dengan nyamuk dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik dan lingkungan rumah, serta praktik pencegahan keluarga dalam upaya mengurangi gigitan nyamuk.
Faktor geografi dan meteorologi di Indonesia juga sangat menguntungkan transmisi malaria di Indonesia, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi baik dari lingkungan fisik maupun perilaku masyarakat. Dari sisi lingkungan fisik terdapat berbagai komponen yang berpengaruh, antara lain, suhu, kelembaban, curah hujan, ketinggian tempat, adanya sinar matahari, keberadaan breeding places dan resting place.
Daerah yang ditemukan kasus malaria di Kabupaten Kulon Progo telah menyempit dan beberapa wilayah kecamatan nilainya nol, tetapi di daerah kantong masih terus ditemukan adanya kasus baru setiap tahunnya, hal ini tentu akan menyulitkan Kabupaten Kulon Progo meraih predikat Eliminasi Malaria.
Peran serta petugas laboratorium dalam penanggulangan malaria sangat besar. Petugas laboratorium merupakan ujung tombak dalam penegakan diagnosa malaria melalui pemeriksaan secara mikroskopis dari suatu sediaan darah. Pemeriksaan mikroskopis merupakan gold standart untuk mendiagnosis penyakit malaria. Faktor utama penentu ketepatan diagnosis malaria antara lain : kualitas sediaan darah, kompetensi petugas mikroskopis, dan kualitas mikroskop. Faktor yang berpengaruh pada kualitas sediaan darah antara lain : pembuatan sediaan apus darah, kualitas bahan dan reagen, serta cara pewarnaan. Faktor lain yang berpengaruh pada kualitas mikroskop antara lain : pemeriksaan mikroskopik menggunakan jenis mikroskop dengan penyinaran yang tidak optimal, pembesaran yang kurang, dan mikroskop yang kotor/rusak/tidak terpelihara.  Pengambilan dan pembuatan sediaan darah malaria yang baik sangat menentukan untuk ketepatan diagnosis malaria.  Pembuatan sediaan darah digunakan untuk melihat karakteristik morfologi Plasmodium sp.
Sediaan darah untuk pemeriksaan malaria ada dua macam yaitu sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis. Kriteria sediaan darah tebal yang baik yaitu volume darah yang diambil harus cukup (2-3 tetes) dan dibentuk lingkaran dengan diameter ± 1 cm, ketebalan sediaan harus baik( sediaan diletakkan diatas kertas tulis tulisan masih dapat dibaca), sediaan tidak terkelupas atau dimakan serangga, dan sediaan tidak berlemak atau kotor. Kriteria sediaan darah tipis yang baik yaitu bagian ujung sediaan berbentuk lidah, sediaan tidak terkelupas atau dimakan serangga, dan sediaan tidak berlemak atau kotor.
Kegiatan pengambilan darah dan pembuatan sediaan darah di Puskesmas Girimulyo I selain dilakukan oleh petugas laboratorium pada pasien dengan gejala malaria juga dilakukan oleh tenaga JMD ( Juru Malaria  Desa ) melalui kunjungan rumah. JMD melakukan pengambilan dan pembuatan sediaan darah saat melakukan kunjungan rumah menemukan anggota keluarga dengan gejala malaria dan saat ada pendatang dari luar daerah maupun masyarakat setempat yang datang setelah berkunjung ke daerah malaria. Sediaan darah yang dibuat kemudian dikirim ke puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan malaria oleh petugas Laboratorium. Puskesmas Girimulyo I mempunyai 2 desa dengan 2 JMD. Hasil pencapaian kegiatan pengiriman sediaan darah dari JMD dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Pencapaian kegiatan pengiriman sediaan darah
dari JMD Puskesmas Girimulyo I tahun 2012-2016
No
Tahun
Jumlah Sediaan Darah
1
2012
208
2
2013
112
3
2014
187
4
2015
126
5
2016
192

Kemampuan JMD di Puskesmas Girimulyo I dalam membuat sediaan darah belum sepenuhnya memenuhi syarat sesuai dengan syarat sediaan yang baik.
Dalam rangka peningkatan mutu laboratorium Puskesmas Girimulyo I diperlukan adanya kinerja dan kerjasama yang baik dari JMD dan petugas laboratorium  dalam membuat sediaan darah yang memenuhi syarat.  Oleh karena itu diperlukan adanya bimbingan dan pelatihan (on the job training) dari petugas laboratorium kepada JMD  dalam pembuatan sediaan darah yang memenuhi syarat.
Berangkat dari keadaan diatas maka muncullah ide penulis untuk memantau dan mengevaluasi kualitas sediaan darah yang dibuat JMD melalui ceklist sediaan darah kemudian menindaklanjuti hasil pemantauan dengan bimbingan dan pelatihan (on the job training) pembuatan sediaan darah  kepada JMD setiap 3 bulan sekali. Kegiatan ini akan dilaksanakan secara terus menerus demi menjaga kualitas mutu sediaan darah yang dibuat oleh JMD sehingga dapat meminimalkan terjadinya kesalahan dalam mendiagnosis malaria.

B.       Tujuan
1.      Tujuan Umum
Meminimalkan terjadinya kesalahan diagnosis malaria
2.      Tujuan Khusus
a.       Meningkatkan kualitas sediaan darah yang dibuat JMD agar memenuhi syarat sediaan yang baik .
b.      Menyediakan instrumen yang dapat digunakan untuk memantau dan mengevaluasi pembuatan sediaan darah yang dibuat JMD



 
BAB II
ISI

     A.    Data Permasalahan Kesehatan
Puskesmas Girimulyo I terletak di Kecamatan Girimulyo, bagian utara  Kabupaten Kulon Progo. Seluruh wilayah merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian rata-rata 400-800 meter di atas permukaan laut. Batas wilayah kerja Puskesmas Girimulyo I adalah :
       a. Bagian Utara           : Desa Purwosari
       b. Bagian Barat           : Desa Jatimulyo
       c. Bagian Timur           : Kecamatan Nanggulan
       d. Bagian Selatan        : Kecamatan Pengasih
Transportasi dari Puskesmas Girimulyo I ke desa dapat dijangkau dengan kendaraan umum, sedangkan untuk wilayah pedukuhan 75 % dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua dan 15 % daerah hanya dapat dijangkau dengan jalan kaki.
Secara administrasi Puskesmas Girimulyo I terdiri dari 2 desa yaitu Desa Giripurwo dan Desa Pendoworejo. Desa Giripurwo terbagi menjadi 15 dusun yakni Karang Anyar, Nglengkong, Grigak, Sabrang, Kebonromo, Wadas, Banjaran, Ngesong, Penggung, Pringapus, Sidi, Kepundung, Tompak, Bulu, Sekaro dan Desa Pendoworejo terbagi menjadi 17 dusun yakni Ngroto, Muten, Nglengkeh, Gunturan, Kalisonggo, Tempel, Kepek, Jetis, Kalingiwo, Banaran, Turusan, Tileng, Ngrancah, Krikil, Kamal, Balak, Kluwih.

Gambar. 1
PETA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GIRIMULYO I KAB. KULON PROGO








Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Girimulyo I pada awal tahun 2017 tercatat sebanyak 12.063 jiwa. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Girimulyo I sangat berpengaruh terhadap upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan. Terdapat 12.063 KK di wilayah kerja Puskesmas Girimulyo I ini. Sumber Daya Manusia  yang ada di Puskesmas Girimulyo I berjumlah 38 orang yang terdiri dari 26 orang PNS, 3 orang PTT, 2 orang JMD, 3 orang THL, 2 orang pegawai BLUD.
Di Puskesmas Girimulyo I dengan adanya 2 JMD sangat berperan penting dalam penemuan secara dini penderita malaria. Kegiatan JMD dalam melakukan penemuan penderita secara aktif (Active Case Detection) melalui kunjungan rumah berupa pengambilan darah dan pembuatan sediaan darah. Pembuatan sediaan darah malaria ada dua macam yaitu sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis. Sediaan darah tebal dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya Plasmodium dalam darah yang diperiksa. Sediaan darah tipis dilakukan untuk konfirmasi spesies Plasmodium. Pembuatan sediaan darah yang baik sangat berperanan penting dalam penegakkan diagnosa malaria secara mikroskopis. Namun dari pemantauan yang dilakukan petugas laboratorium terhadap sediaan darah yang dibuat JMD masih ada sediaan yang belum memenuhi syarat  sediaan darah yang baik. Hasil pemantauan sediaan darah yang dibuat JMD sebagai berikut.

Gambar 2. Grafik sediaan darah yang tidak memenuhi syarat


Pada Grafik menunjukkan bahwa pembuatan sediaan darah dari JMD masih banyak yang tidak memenuhi syarat yaitu pada sediaan tebal sebanyak rerata 38,75 % dan pada sediaan tipis sebanyak rerata 71,21 %.
Beberapa  hal yang menjadi penyebab permasalahan dari pembuatan sediaan darah oleh JMD antara lain :
1.      Pada sediaan darah tebal masih ada yang tidak memenuhi syarat dikarenakan diameter sediaan < 1 cm, sediaan ada yang terkelupas atau dimakan serangga dan sediaan ada yang berlemak/kotor.
2.      Pada`sediaan darah tipis ada yang tidak memenuhi syarat dikarenakan pada bagian ujung sediaan tidak berbentuk lidah,tidak ada bagian yang tipis diujung sediaan sehingga bila dilihat secara mikroskopis akan terlihat eritrosit bertumpuk-tumpuk tidak terpisah.
3.      Belum ada bimbingan dan pelatihan dari petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan darah yang baik.
Pembuatan sediaan darah yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan terjadinya kesalahan diagnosis malaria oleh petugas laboratorium.
Salah satu upaya yang dikembangkan untuk meningkatkan kualitas sediaan darah agar memenuhi syarat suatu sediaan yang baik adalah dengan memantau dan mengevaluasi sediaan darah JMD oleh petugas laboratorium dengan menciptakan ceklist sediaan darah sehingga memudahkan JMD untuk mengetahui kesalahannya.
Pentingnya sediaan darah yang baik dapat meminimalkan terjadinya kesalahan diagnosis malaria oleh petugas laboratorium. Oleh karena itu diperlukan adanya bimbingan dan pelatihan dari petugas laboratorium untuk mengarahkan dalam pembuatan sediaan darah yang memenuhi syarat.

 
      B.     Karya Inovasi
Ceklist Sediaan darah merupakan instrumen yang dibuat dan diimplentasikan  dalam upaya untuk meningkatkan kualitas sediaan darah yang dibuat JMD agar memenuhi syarat suatu sediaan yang baik. Dengan instrumen ceklist sediaan darah ini dapat memudahkan JMD mengetahui kesalahannya dalam membuat sediaan darah.
Gambaran mengenai ceklist sediaan darah  ini sebagai berikut :
1.    Ceklist dibuat 1 lembar untuk 1 JMD untuk pemantauan kualitas sediaan darah selama 1 bulan.
2.    Ceklist yang dibuat berisikan syarat suatu sediaan yang baik, sediaan darah ada 2 macam yaitu sediaan tebal dan sediaan tipis
a.         Syarat sediaan darah tebal :
-         Diameter sediaan ± 1 cm
-         Sediaan tidak terkelupas/dimakan serangga
-         Sediaan tidak terlalu tebal
-         Sediaan tidak berlemak/kotor
b.        Syarat sediaan darah tipis :
-         Bagian ujung sediaan berbentuk lidah
-         Sediaan tidak terkelupas/dimakan serangga
-         Sediaan tidak berlemak/kotor
Konsep penyusunan dan design ceklist terlampir.
3.    Alur Pengisian ceklist
     Pengisian ceklist dilaksanakan oleh petugas laboratorium setiap JMD mengirim sediaan darahnya.

Alur pengisian ceklist dapat digambarkan sebagai berikut :
















 C.    Hasil Implementasi kegiatan
Ceklist sediaan darah dilakukan mulai bulan februari 2016 di Puskesmas Girimulyo I. Uji coba meliputi penerimaan sediaan darah dari JMD, dilakukan pemantauan dan evaluasi sediaan darah melalui ceklist kemudian menindaklanjuti hasil pemantauan dengan bimbingan dan pelatihan (on the job training) pembuatan sediaan darah yang memenuhi syarat kepada JMD setiap 3 bulan sekali.
   
Hasil uji coba sebagai berikut :
-            JMD dapat memahami sediaan yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat.
-            JMD menerima bimbingan petugas laboratorium untuk membuat sediaan darah yang memenuhi syarat.

Gambar 4. Grafik prosentase kesalahan berdasar indikator penilaian melalui ceklist :


Keterangan :
Indikator penilaian :
- Pada sediaan tebal : 1. Diameter sediaan < 1 cm
      2. Sediaan terkelupas/dimakan serangga
      3. Sediaan terlalu tebal
      4. Sediaan berlemak/kotor
- Pada sediaan tipis : 1. Ujung sediaan tidak berbentuk lidah
                                                          2. Sediaan terkelupas/dimakan serangga
                                                          4. Sediaan berlemak/kotor
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa untuk sediaan darah tebal, kesalahan yang paling banyak adalah sediaan dengan diameter  < 1 cm (25,9%) dan untuk sediaan darah tipis adalah ujung sediaan tidak berbentuk lidah (42%). Untuk itu dilakukan peningkatan kemampuan JMD dalam membuat sediaan darah dengan melakukan bimbingan pelatihan (ON The Job Training).

Gambar 5. Grafik perubahan kesalahan yang dilakukan oleh JMD dalam pembuatan sediaan tebal dari bulan Februari 2016-Februari 2017 :



Dari grafik diatas nampak bahwa terjadi  penurunan jumlah sediaan tebal yang diameternya kurang dari 1 cm (biru) akan tetapi masih belum membaik dan ketebalannya (kuning)  juga belum membaik, sehingga masih perlu selalu diingatkan. Bila sediaan terlalu tebal dan diameter kurang dari 1 cm maka saat dilihat secara mikroskopis akan tampak leukosit yang saling bertumpukan sehingga dapat mengakibatkan hasil negatif palsu karena parasit malaria tertutup leukosit dan akan menyulitkan petugas saat penghitungan kepadatan parasit.

Gambar 6. Grafik perubahan kesalahan yang dilakukan oleh JMD dalam pembuatan  sediaan tipis bulan Februari 2016 - Februari 2017 :

Dari tabel diatas maka nampak bahwa kesalahan sediaan tipis yang ujungnya tidak membentuk lidah makin lama makin berkurang, meski pada bulan februari meningkat lagi sehingga kegiatan ini harus dilaksanakan secara terus menerus demi menjaga kualitas mutu sediaan darah yang dibuat oleh JMD.
Upaya peningkatan motivasi bagi JMD dengan menggunakan media ceklist sediaan darah memberikan dampak yang baik terhadap peningkatan kualitas sediaan darah dari JMD sehingga dapat  meminimalkan terjadinya kesalahan diagnosis malaria oleh petugas laboratorium. Hal ini dikarenakan kualitas sediaan darah yang memenuhi syarat merupakan salah satu faktor penentu ketepatan diagnosis malaria.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Dengan diciptakannya ceklist sediaan darah ini dapat memberi manfaat, antara lain :
-  Instrumen yang telah disusun dapat digunakan untuk memantau dan      
               mengevaluasi pembuatan sediaan darah yang dibuat JMD
-   Ada peningkatan kualitas sediaan darah yang memenuhi syarat sebelum dan setelah dilakukan monitoring dengan ceklist dan dilakukan pembinaan terhadap kesalahan pembuatan sediaan darah JMD.
B.     Saran
-  JMD agar tetap mempertahankan pembuatan sediaan darah yang  
 memenuhi syarat sediaan yang baik.
-   Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo dapat mengadopsi Ceklist sediaan darah ini untuk disosialisasikan ke laboratorium puskesmas lain yang ada di Kabupaten Kulon Progo  sehingga dapat menerapkan di wilayah kerjanya.



BAB IV
PENUTUP

                    Iniah hasil kegiatan inovasi “ Ceklist Manis Malaria Terkikis” yang dilaksanakan di laboratorium UPTD Puskesmas Girimulyo I. Kegiatan inovasi “ Ceklist Manis Malaria Terkikis” ini bisa diterapkan di semua laboratorium malaria untuk memantau dan mengevaluasi pembuatan sediaan darah malaria oleh tenaga JMD. Kegiatan ini dilaksanakan secara terus menerus demi menjaga kualitas mutu sediaan darah yang dibuat oleh JMD sehingga dapat  meminimalkan terjadinya kesalahan diagnosis malaria oleh petugas laboratorium. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu kegiatan ini. Saran dan kritik yang membangun tetap kami harapkan demi kesempurnaan kegiatan ini.

 

DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI. (1991) Buku Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas, Jakarta.
DepKes RI. 2016. InfoDATIN: Situasi Malaria di Indonesia www.depkes.go.id
Dirjen PP dan PL. (2011) Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria. Kemenkes RI.
Dr.E.Elsa Herdiana Murhandarwati,M.Kes.,Ph.D,dkk. (2013) Panduan Pemeriksaan Malaria Secara Mikroskopis. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Menkes RI. (2013) Pedoman Tata Laksana Malaria. Menteri Kesehatan RI. Jakarta





DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBERIAN BIMBINGAN LATIHAN PEMBUATAN SEDIAAN DARAH JMD OLEH PETUGAS
LABORATORIUM DI UPTD PUSKESMAS GIRIMULYO I




DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBERIAN BIMBINGAN TEKNIS PEMBUATAN SEDIAAN DARAH JMD OLEH PETUGAS LABORATORIUM DI UPTD PUSKESMAS GIRIMULYO I




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pisang goreng vanili harum dan krispi

Pisang goreng vanili yang harum dan krispi siapa yang tidak suka dengan olahan pisang? sepertinya semuanya bakal suka resep pisang goreng...