STRATEGI SEKOLAH
DALAM PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA DI SD MUHAMMADIYAH WIROBRAJAN 3
THE STRATEGY SCHOOL OF INVESTMENT
STUDENTS DISCIPLINE IN UHAMADIYAH WIROBRAJAN 3 OF PRIMARY SCHOOL
Oleh: Hasti
Purwaningrum, FSP/KP FIP
Universitas Negeri Yogyakarta.
(asthy.odonk@gmail.com)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan mengenai strategi sekolah dalam penanaman kedisiplinan siswa di
SD Muhammadiyah Wirobrajan 3. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif.Subjek dari penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, karyawan,
dan siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, serta
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan
triangulasi sumber, dan teknik. Hasil penelitian menunjukkan:
(1) kegiatan pendisiplinan siswa yang dilakukan: (a) sekolah melakukan
penanaman kedisiplinan melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler, (2)
proses penanaman kedisiplinan siswa: (a) sekolah mengetatkan kedisiplinan sejak
2009, (b) latar belakang penanaman kedisiplinan siswa adalah kesadaran,
keprihatinan, komplain, (c) sekolah memiliki anggaran otomatis untuk setiap
kegiatan, (d) sekolah memiliki sarana prasarana yang lengkap, (e) persiapan
yang dilakukan sekolah cukup matang, (f) semua pihak turut berpartisipasi, (3)
manfaat: (a) semua pihak mendapatkan dampak yang positif, (4) faktor pendukung:
(a) sumber daya manusia yang memadahi, (b) aturan yang baik, (c) sekolah
merupakan sekolah muhammadiyah, (d) semua pihak saling mendukung, (e) sebagian
siswa mudah diatur, (5) faktor penghambat: (a) keterbatasan prasarana, (b)
peran orangtua dan sekolah belum singkron, (c) sebagian siswa masih sulit
menerima aturan, (6) solusi: (a) sekolah membangun jembatan penghubung, (b)
komunikasi yang baik, (c) diadakan parenting, (d) surat panggilan.
Kata kunci: strategi sekolah, penanaman
kedisiplinan, kedisiplinan siswa.
Abstract
This research aimed to
describe the strategy of school in student discipline placement in primary
school Muhammadiyah Wirobrajan 3. This research is a qualitative descriptive
research. The subjects of this study are principals, teachers, employees, and
students. Data collection was done by observation method, interview, and
documentation. Data analysis techniques used are with data reduction, data
presentation, and conclusion. Test data validity using source triangulation,
and techniques. The results of the study showed: (1) disciplinary activities of
students undertaken: (a) the school conducted disciplinary placements through
intracurricular and extracurricular activities, (2) disciplinary student
development process: (a) the school tightened discipline since 2009, (b) (d)
the school has complete infrastructure, (e) preparation done by the school is
well done, (f) all parties participate, (3) the school has an automatic budget
for each activity; benefits: (a) all parties have a positive impact, (4)
supporting factors: (a) adequate human resources, (b) good rules, (c) schools
are muhammadiyah schools, (d) all parties support each other, (e) some
inhibitors: (a) infrastructure limitations, (b) parent and school roles not yet
synchronized, (c) some students still have difficulty accepting rules, (6)
solutions: (a) school building bridges, (b) good communication, (c) held
parenting, (d) a summons.
Keywords: school
strategy, discipline planting, student discipline.
Pendahuluan
Indonesia merupakan Negara yang memiliki
penduduk dengan usia produktif yang cukup memadahi, namun dari segi kualitas
serta mutu masih perlu ditingkatkan lagi. Sumber daya yang bermutu mengacu pada
dua hal, pertama adalah memiliki kapabilitas yang cukup mencakup (pengetahuan
dan keterampilan), yang kedua adalah memiliki karakter keindonesiaan yang kuat
agar ilmu dan keterampilan yang dimiliki bermakna bagi dirinya, masyarakat,
bangsa, dan agama.
Pendidikan memiliki peran yang penting
dalam meningkatkan kualitas hidup seorang manusia. Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara (Undang-undang nomor 20 tahun 2003). Salah satu fungsi dari
pendidikan adalah menanamkan pendidikan karakter ke dalam diri anak.
Orang yang berkarakter merupakan orang
yang memiliki harga diri. Seiring dengan arus globalisasi yang telah masuk
dalam seluruh relung kehidupan, pembangunan karakter dirasa menjadi sesuatu
yang urgent atau mendesak untuk
dikaji dan diimplementasikan di sekolah. Pendidikan karakter dirasa mendesak
untuk dilaksanakan karena terdapat gejala-gejala yang menandakan tergerusnya
karakter bangsa ini. Tanda-tanda merosotnya karakter bangsa ini sejalan dengan
apa yang dinyatakan oleh Thomas Lickona dalam Barnawi (2012: 12), tentang tanda
zaman yang kini terjadi, yakni sebagai berikut :
1.
Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja/masyarakat.
2.
Penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk/tidak baku.
3.
Pengaruh peer-group (geng)
dalam tindak kekerasan menguat.
4.
Meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol,
dan seks bebas.
5.
Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk.
6.
Etos kerja yang menurun. Etos kerja yang dipicu oleh spirit yang lemah,
artinya pemahaman sebagai bentuk ibadah tidak dihayati. Satu-satunya ukuran
hanyalah uang.
7.
Semakin rendahnya rasa hormat.
Kementrian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas) mensinyalir bahwa sumber dari musibah dan bencana yang telah
meluluh lantahkan moralitas bangsa ini adalah terabaikannya pendidikan
karakter. Kemendiknas menyandarkan argumennya tersebut pada sejarah
bangsa-bangsa yang selalu mengedepankan karakter sebagai solusi berbagai
persoalan yang menerpanya. sekedar contoh, revitalisasi bangsa Jerman dilakukan
dengan pendidikan karakter dan spiritualitas setelah kekalahan perang dengan
Perancis. Jepang menata ulang negerinya menghadapi urbanisasi, disertai
introduksi pendidikan moral. Amerika pada akhir abad ini menghadapi krisis
global dengan mengintrodusikan kembali pendidikan karakter, Amin Abdullah dalam
Suyadi (2015: 2).
Merujuk pada fakta-fakta sejarah
bangsa-bangsa tersebut, Pemerintah telah membuat kebijakan nasional pembangunan
karakter bangsa tahun 2010-2025. Hal ini dimaksudkan sebagai sarana untuk
mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia berlandaskan empat pilar kebangsaan,
yaitu: Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika. Dengan demikian
dimungkinkan adanya kesamaan pemahaman, pandangan, dan gerak langkah dalam
mencapai tujuan. Ruang lingkup sasaran pembangunan karakter bangsa meliputi:
keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, masyarakat sipil, masyarakat politik,
dunia usaha, dan industri, serta media massa, Darmiyati Zuchdi (2015: xv).
Kementrian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas) telah merumuskan 18 nilai karakter yang akan ditanamkan dalam
diri peserta didik sebagai upaya membangun karakter bangsa. Berikut ini
merupakan 18 nilai karakter yang dirumuskan oleh Kemendiknas yang tertuang
dalam buku Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang disusun
Kemendiknas melalui badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum,
Kementrian Pendidikan Nasional 2010 dalam Suyadi (2015: 7): religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan atau nasionalisme, cinta tanah air, menghargai prestasi,
komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
tanggung jawab.
Salah satu pendidikan karakter yang ada
adalah penanaman kedisiplinan siswa, yang merupakan
salah satu program sekolah untuk membuat siswanya memiliki karakter sikap yang
baik yaitu disiplin. Penanaman program kedisiplinan ini penting ditanamkan kepada siswa
sejak dari pendidikan dasar agar anak lebih memahami dan mampu menerapkan
kedisiplinan itu dalam dirinya. Disiplin adalah karakter yang menentukan
kualitas pendidikan
Indonesia, dalam mendisiplinkan peserta didik, guru
seharusnya menggunakan cara-cara memanusiakan manusia. Menjalin, membina,
memperbaiki komunikasi mutualis adalah cara aktif, kreatif, positif dan efektif
untuk membiasakan peserta didik ke arah yang lebih baik, yaitu menjadi manusia
yang patuh dan taat. Selain menjadi teladan bagi anak didiknya, seorang guru
juga harus mampu menyadarkan anak didiknya untuk mematuhi ketentuan, aturan dan
tata tertib sekolah. Dengan memahami latar belakang peserta didik, guru
diharapkan dan seharusnya membantu peserta didik mengenali diri dan potensinya,
membantu peserta didik meningkatkan kualitas perilakunya, dan menjadikan
peraturan serta tata tertib sekolah sebagai alat untuk memotivasi peserta
didik. Sekolah adalah tempat yang tepat untuk mewujudkan pendidikan karakter
kedisiplinan itu, sekolah seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan dalam
anak belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi dalam berbagai bidang, namun
pada kenyataanya dewasa ini, banyak anak didik yang justru menganggap sekolah
menjadi tempat yang membosankan dan aturan-aturannya membuat mereka justru
semakin merasa ingin bebas. Hidup dalam kebebasan menjadi alasan untuk
melanggar peraturan.
Anak
didik sering beranggapan bahwa aturan sekolah adalah pembatasan mereka untuk
berkreasi dan bebas. Teguran guru dianggap sebagai hukuman dan bahkan terkadang siswa merasa tersinggung dan malu dengan
adanya teguran dari guru, hal seperti inilah yang
seharusnya menjadi perhatian lebih dari warga sekolah, baik guru maupun tenaga
kependidikan lainnya. Apabila ditegur siswa menjadi merasa bahwa dirinya selalu
disalahkan, akan tetapi dibiarkan begitu saja setiap kali siswa melanggar peraturan juga bukanlah solusi yang
tepat untuk mendewasakan anak didik. Anak harus dididik melalui cara-cara
tertentu agar penananaman karakter disiplin dapat masuk ke dalam dirinya dan
membuat dirinya memiliki perilaku yang baik.
SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 merupakan
salah satu SD yang memiliki strategi tersendiri dalam mendisiplinkan siswanya. Pendidikan kedisiplinan di SD ini dilaksanakan dengan cara
yang berbeda dari SD yang lain, yakni dengan cara pembiasaan atau habit. Maksud dari pembiasaan atau habit ini adalah peraturan tertulis
tidak menjadi sebuah acuan (meskipun ada), dan pembiasaan terhadap pola hidup
disiplin lebih diutamakan, serta dimana skorsing
dinilai tidak efektif. Banyak program-program kedisiplinan yang dibuat oleh
sekolah agar pembiasaan ini lebih efektif dan terlaksana dengan baik. anak yang
melakukan pelanggaran tidak langsung mendapatkan hukuman, akan tetapi lebih
kepada pengarahan agar tidak mengulangi kesalahannya, dimana dalam pengarahan
ini guru mencari cara lain untuk membuat siswa mentaati peraturan tanpa rasa
takut karena hukuman.
metode penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
memakai pendekatan deskriptif kualitatif yang berusaha untuk mendeskripsikan
dan menggambarkan keadaan objek sesuai dengan kenyataan.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian diagendakan berjalan
selama satu bulan, yaitu pada bulan Mei hingga Juni 2017 yang dilaksanakan di
SD Muhammadiyah Wirobrajan 3.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah
Kepala sekolah, guru, karyawan, serta siswa di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3.
Prosedur
Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah menggunakan observasi yang dilakukan pada saat pembelajaran
berlangsung, wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya telah disiapkan, dan
dokumentasi dari sekolah dan mengambil saat observasi serta wawancara. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif yang
bersifat induktif yang dikembangkan menjadi hipotesis dan setelah hipotesis
diterima bekembang menjadi teori. Proses analisis data menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut: reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. teknik analisis data yang digunakan ini berdasarkan Miles dan
Huberman. dimana langkah ketiga menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono
(2011:252) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
dalam penelitian ini, peneliti senantiasa memverifikasi setiap tahapan, sehingga
setiap kali peneliti menyimpulkan mengenai suatu hal, maka akan didukung dengan
adanya bukti-bukti yang valid dan konsisten. untuk keabsahan menggunakan uji
kredibilitas, artinya penelitian menggunakan triangulasi, bahan referensi,
analisis kasus negatif, diskusi teman sejawt dan member check. triangulasi
dengan menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber.
hasil penelitian dan pembahasan
1.
Kegiatan
Pendisiplinan Siswa yang dilakukan di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3.
SD Muhammadiyah
Wirobrajan 3 membuat berbagai kegiatan yang didalamnya memuat penanaman
kedisiplinan. Kegiatan ini dituangkan dalam kegiatan intrakurikuler dan juga
ekstrakurikuler:
a.
Kegiatan intrakurikuler, merupakan kegiatan pembelajaran didalam kelas yang
didalamnya dimasukkan nilai-nilai kedisiplinan yang disesuaikan dengan topic
bahasan. Dalam kegiatan intrakurikuler guru memiliki strategi sendiri untuk
membiasakan kedisiplinan kepada anak melalui mata pelajaran. sehingga siswa
secara tidak sadar telah melakukan kebiasaan disiplin tanpa disuruh.
b.
Kegiatan ekstrakurikuler, adalah kegiatan diluar pembelajaran yang ada
di sekolah seperti pocil atau polisi kecil, tonti, pramuka, dan masih banyak
lagi yang didalamnya melatih mengenai kedisiplinan untuk membuat siswa menjadi
seorang yang disiplin dalam hidupnya.
2.
Proses
Penanaman Kedisiplinan Siswa di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3.
Kementerian
Pendidikan Nasional (Kemendiknas) mensinyalir bahwa sumber dari musibah dan
bencana yang telah meluluh lantahkan moralitas bangsa ini adalah terabaikannya
pendidikan karakter. oleh karena itu
sangat penting ditanamkan sejak dini. Kemendiknas menyandarkan argumennya
tersebut pada sejarah bangsa-bangsa yang selalu mengedepankan karakter sebagai
solusi berbagai persoalan yang menerpanya. sekedar contoh, revitalisasi bangsa
Jerman dilakukan dengan pendidikan karakter dan spiritualitas setelah kekalahan
perang dengan Perancis. Jepang menata ulang negerinya menghadapi urbanisasi,
disertai introduksi pendidikan moral. Amerika pada akhir abad ini menghadapi krisis
global dengan mengintrodusikan kembali pendidikan karakter, Amin Abdullah dalam
Suyadi (2015: 2).
Sejalan dengan
hal tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan
generasi bangsa dari maraknya kasus pelanggaran adalah melalui sekolah. Sekolah
merupakan rumah kedua dimana siswa dididik dan dibudayakan dengan berbagai
macam nilai dan ilmu. Dengan strategi pembiasaan dan pembudayaan yang baik dan
benar, siswa akan mampu untuk menguasai dirinya dengan baik dan menanamkan
disiplin kedalam dirinya. Sekolah yang memiliki strategi yang baik akan
menghasilkan keberhasilan tujuan yang baik pula. Syaiful Bahri Djamarah dan
Aswan Zain, (2006: 5), mengemukakan pengertian strategi secara umum merupakan
“suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran
yang telah ditentukan.
Kedisiplinan
merupakan salah satu nilai dari pendidikan karakter yang sangat penting untuk
dipahami sejak dini oleh siswa. Istilah pendidikan karakter itu sendiri sering
muncul pada akhir-akhir ini, setelah begitu banyaknya degradasi moral yang
terjadi melanda bangsa Indonesia. Dimulai pada saat Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono mengeluarkan kata-kata karakter dalam pidatonya, bermula dari situlah
pada akhirnya Kemendiknas membuat kebijakan baru mengenai pemasukan nilai-nilai
pendidikan karakter dalam setiap pembelajaran di sekolah, Muhammad Fadillah
(2014: 16).
SD Muhammadiyah
Wirobrajan 3 turut menerapkan salah satu nilai pendidikan karakter yakni
pendidikan kedisiplinan. Penanaman kedisiplinan siswa ini mulai diketatkan
semenjak tahun 2009. Tujuan penanaman
kedisiplinan siswa ini adalah sebagai bekal kehidupan untuk siswa nantinya,
bahwa dalam hidup terdapat sebuah aturan yang tidak boleh dilanggar dan wajib dipatuhi.
Dalam proses penanaman kedisiplinan siswa, SD Muhammadiyah Wirobrajan 3
menggunakan beberapa pendekatan yaitu dengan indoktrinasi, teladan, dan juga
pembiasaan. Akan tetapi pendekatan yang paling sering digunakan adalah dengan
pembiasaan. Hal yang melatarbelakangi adanya strategi penanaman kedisiplinan
siswa di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 ini adalah kesadaran, keprihatinan, dan
juga komplain.
a.
Kesadaran, maksudnya adalah kesadaran dari pihak sekolah bahwa masa
anak-anak merupakan masa-masa emas bagi pertumbuhan siswa sehingga pada masa ini
harusnya anak dididik dengan baik mengenai banyak hal termasuk kedisiplinan.
b.
Keprihatinan, maksudnya adalah pihak sekolah merasa prihatin dengan
banyaknya pelanggaran aturan yang terjadi sehingga diketatkanlah pendidikan
kedisiplinan siswa.
c.
komplain, maksudnya adalah banyaknya complain dari berbagai pihak
mengenai kedisiplinan, khusunya complain dari wali murid, membuat sekolah sadar
bahwa penanaman kedisiplinan merupakan hal yang penting diajarkan kepada siswa.
Sekolahpun
memiliki agenda khusus guna melancarkan strategi penanaman kedisiplinan siswa
ini, agenda tersebut berupa pertemuan dengan wali murid diseluruh jenjang yang
ada. Selain agenda khusus, sekolah juga menyiapkan anggaran otomatis untuk
setiap kegiatan yang dijalankan.
Bagi sekolah,
kedisiplinan merupakan hal yang penting untuk diterapkan dalam diri siswa,
sehingga sekolah berupaya sebaik mungkin untuk menggencarkan penanaman
kedisiplinan siswa. Mengenai sarana dan prasaran, sekolah berusaha memberikan
sarana prasarana yang lengkap guna menunjang strategi penanaman kedisiplinan
siswa. kepala sekolah sendiri menganggap bahwa sarana dan prasarana merupakan
salah satu komponen utama yang harus dimiliki dalam menunjang kegiatan siswa.
apabila sekolah memiliki fasilitas yang lengkap dan sarana prasarana yang
memadahi, tentu saja kegiatan yang diadakan oleh sekolah akan terselenggarakan
dengan baik.
Persiapan sekolah
dalam penanaman kedisiplinan inipun bisa terbilang cukup matang dimana sekolah
memulai dengan persiapan perangkat, persiapan sangsi, dan juga monitoring. persiapan
perangkat artinya adalah perangkat peraturan yang dimana dalam aturan ini siswa
dijelaskan mengenai kewajiban yang harus dijalankan namun tak lupa sekolah juga
memberitahukan tentang hak yang akan mereka peroleh. persiapan kedua adalah
sangsi, sangsi disini dibuat bukan untuk menakuti siswa akan tetapi untuk
membuat siswa belajar tentang kesalahan yang mereka buat saat melanggar
kedisiplinan. kemudian yang terakhir adalah monitoring, monitoring yang
dilakukan adalah sebuah pemantauan yang dilakukan oleh semua pihak sekolah
terhadap peraturan yang ada.
Dalam proses
penanaman kedisiplinan siswa ini, semua pihak terkait ikut berpartisipasi
dengan baik guna tercapainya tujuan penanaman kedisiplinan siswa.
3.
Manfaat
Pendisiplinan Siswa yang dilakukan di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3
Rachman dalam Fani
Julia Fiana (2013), mengemukakan secara rinci kegunaan atau pentingnya disiplin bagi diri siswa, yaitu:
1) Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, 2)
Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, 3)
Menjauhkan siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah. 4) Mendorong siswa
melakukan hal-hal yang baik dan benar. 5) Peserta didik belajar hidup dengan
kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi diri dan
lingkungannya.
Dengan
partisipasi yang cukup baik dari berbagai pihak, baik kepala sekolah, guru,
karyawan, maupun siswa merasakan adanya dampaik yang positif dari kedisiplinan
yang mereka jalankan. Memang tidak mudah untuk membuat siswa menyadari akan
pentingnya kedisiplinan, namun dengan proses yang bertahap dan dijalankan
secara terus menerus siswa lama-kelamaan menjadi sadar akan pentingnya
kedisiplinan dan merasakan manfaat dari kedisiplinan itu sendiri. Sebagai pendidik,
pihak sekolahpun turut melakukan pendisiplinan kepada pribadi masing-masing
sehingga merekapun mengalami manfaat dari kedisiplinan itu.
4.
Faktor
Pendukung serta Penghambat dalam Pelaksanaan Kedisiplinan Siswa di SD
Muhammadiyah Wirobrajan 3.
Faktor pendukung
pelaksanaan strategi penanaman kedisiplinan siswa di SD Muhammadiyah Wirobrajan
3:
a.
Sumber daya manusia yang memadahi.
b.
Sistem atau aturan yang baik.
c.
Sekolah merupakan sekolah Muhammadiyah dimana pendidik secara teoritis
sudah sangat memahami dan menguasai tentang kedisiplinan.
d.
Semua pihak di sekolah saling mendukung dalam strategi penanaman
kedisiplinan siswa.
e.
Sebagian siswa merupakan anak yang mudah diatur dan menerima serta
memahami kedisiplinan dengan baik.
Faktor penghambat
pelaksanaan strategi penanaman kedisiplinan siswa di SD Muhammadiyah Wirobrajan
3:
a.
Keterbatasan sarana prasarana dimana SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 ini
memiliki 3 unit gedung terpisah, yang mana harus melewati jalan umum yang
menyebabkan ketidakaturan saat berpindah unit.
b.
Peran orang tua dan juga aturan yang diberikan oleh sekolah belumlah
singkron.
c.
Sebagian dari siswa masih sulit untuk menerima aturan yang diberikan
sekolah.
5.
Solusi yang
ditawarkan Pihak Sekolah dalam Menghadapi Hambatan.
Dengan adanya
hambatan-hambatan yang terjadi, maka sekolah berusaha mencari solusi yang tepat
untuk menghadapi hambatan tersebut. Solusi yang diberikan oleh sekolah adalah
sebagai berikut:
a.
Sekolah membangun jembatan penghubung, hal ini dilakukan untuk mencegah
ketidakaturan siswa dalam keluar masuk gedung unit 1 dan 2. Disini sekolah juga
membuat penjadwalan kapan anak mendapat akses keluar dan masuk.
b.
Sekolah mengkomunikasikan dan memoles terus apa yang masih kurang,
tetapi semuanya dikembalikan lagi kepada pemahaman orang tua murid itu sendiri.
c.
Diadakan kegiatan parenting atau pengajian rutin setiap hari minggu
selama satu bulan sekali dalam rangka mempertemukan orang tua murid sekaligus
mengkonsultasikan masalah siswa.
d.
Manakala anak melakukan banyak pelanggaran, orangtua diberikan surat
panggilan dari sekolah dan dicarikan solusi bagaimana orang tua bisa
mengimbangi apa yang sudah sekolah berikan.
simpulan dan saran
Simpulan
SD Muhammadiyah
Wirobrajan 3 merupakan salah satu SD yang menjunjung tinggi nilai-nilai
pendidikan karakter, salah satunya adalah nilai kedisiplinan. Dalam penanaman
kedisiplinan siswa di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3, terdapat beberapa
pendekatan yang digunakan yakni, indoktrinasi, teladan, dan juga pembiasaan.
Dari ketiga model pendekatan yang digunakan oleh SD Muhammadiyah Wirobrajan 3
tersebut, pendekatan yang paling sering diterapkan adalah melalui pembiasaan
atau habit.
Strategi
penanaman kedisiplinan siswa di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 ini sendiri
dilatarbelakangi oleh 3 hal, yaitu kesadaran berbagai pihak akan pentingnya
kedisiplinan, keprihatinan berbagai pihak akan kurangnya tingkat disiplin anak,
dan complain berbagai pihak mengenai ketidak disiplinan anak. Sekolah berupaya
melakukan agenda khusus berupa pertemuan dan pendekatan kepada orangtua dalam
berbagai kegiatan, seperti pengajian sebulan sekali atau yang biasa disebut
dengan parenting, dan juga rapat orang tua siswa yang diadakan selama tiga
kali. Guru di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 pun memiliki strategi tersendiri
dalam penanaman kedisiplinan siswa. Semua pihak yang terkait baik pihak sekolah
maupun siswa merasa bahwa kedisiplinan merupakah hal yang utama dan penting
untuk dijalankan, sehingga semua pihak terkait saling mendukung dalam
pelaksanaan strategi penanaman kedisiplinan siswa.
Sekolah memiliki
persiapan yang cukup matang dalam strategi penanaman kedisiplinan siswa di SD
Muhammadiyah Wirobrajan 3, persiapan tersebut berupa perangkat peraturan,
sangsi, dan juga pemantauan peraturan yang berlaku. Strategi penanaman
kedisiplinan yang dilakukan di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 berdampak kepada
semua pihak yang melaksanakannya, baik Kepala Sekolah, guru, karyawan, maupun
siswa mendapatkan dampak yang positif dari kedisiplinan yang mereka jalankan,
dan mereka semakin menyadari akan pentingnya hidup berdisiplin.
Faktor pendukung
strategi penanaman kedisiplinan siswa sebagai berikut: 1. Sumber daya yang
memadahi, 2. Sistem atau aturan yang baik, 3. Sekolah merupakan sekolah
Muhammadiyah dimana pendidik secara teoritis sudah sangat memahami dan
menguasai tentang kedisiplinan, 4. Semua pihak di sekolah saling mendukung
dalam strategi penanaman kedisiplinan siswa, 5. Sebagian siswa merupakan anak
yang mudah diatur dan menerima serta memahami kedisiplinan dengan baik. Selain
faktor pendukung, diperoleh juga faktor penghambat sebagai berikut:
1. Keterbatasan prasarana dimana SD Muhammadiyah
Wirobrajan 3 ini memiliki 3 unit terpisah, yang mana di setiap unit harus
melewati jalan umum yang menyebabkan ketidak aturan saat berpinah unit.
2. Peran orang tua dan juga aturan yang diberikan
oleh sekolah belumlah singkron.
3. Sebagian
dari siswa masih sulit untuk menerima aturan yang diberikan oleh sekolah.
Dari kesimpulan
faktor pendukung serta faktor penghambat yang ada, sekolah memberikan solusi
guna mengatasi hambatan yang ada sebagai berikut:
1. Sekolah membangun jembatan penghubung, hal ini
dilakukan untuk mencegah ketidak tertauran siswa dalam keluar masuk unit 1 dan
2. Disini sekolah juga membuat penjadwalan kapan anak mendapat akses keluar dan
masuk.
2. Sekolah mengkomunikasikan dan memoles terus apa
yang masih kurang, tetapi semuanya dikembalikan lagi kepada pemahaman orang tua
murid itu sendiri
3. Diadakan kegiatan parenting atau pengajian rutin
setiap hari minggu selama sebulan sekali dalam rangka mempertemukan orang tua
murid sekaligus mengkonsultasikan masalah siswa.
4. Manakala anak melakukan banyak pelanggaran,
orang tua diberikan surat panggilan dari sekolah dan dicarikan solusi bagaimana
orang tua bisa mengimbangi apa yang sudah diberikan oleh sekolah.
Saran
Berdasarkan kesimpulan
penelitian yang sudah dijabarkan di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal, yaitu:
1. Pihak sekolah lebih mempererat penjagaan terhadap siswa saat jam
perpindahan unit, sehingga tercapai sebuah keteraturan dan tidak menimbulkan
pelanggaran.
2. Pihak sekolah lebih menerangkan lagi kepada orang tua atau wali
murid mengenai kedisiplinan, jika diperlukan dalam setiap parenting ataupun
rapat, pihak sekolah memberikan arahan lebih mendalam lagi kepada orang tua
siswa sehingga mereka benar-benar memahami akan pentingnya kedisiplinan dan
ikut mensingkronkan peran mereka dirumah agar tercapai tujuan yang diinginkan
dan tercapai keselarasan penanaman kedisiplinan siswa baik di sekolah maupun di
rumah.
3. Orang tua atau wali murid lebih paham dan peduli lagi mengenai
kedisiplinan anaknya, sehingga mereka mampu menjalankan perannya di rumah
dengan baik sebagai pengganti guru di sekolah.
daftar pustaka
Ditulis dalam spasi tunggal (atau at least 12pt), antardaftar pustaka
diberi jarak 1 spasi.
Barnawi, dan M.
Arifin. (2012). Strategi Dan Kebijakan
Pembelajaran Pendidikan Karakter. Jogjakarta. Ar-ruz Media.
Darmiyati
Zuchdi. (2011). Pendidikan Karakter Dalam
Perspektif Teori Dan Praktik.
Yogyakarta : UNY Press.
Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, A. (2006). Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta
: Rineka Cipta.
Elsam. (2014). UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Diakses tanggal 28 Januari 2017 dari : http://referensi.elsam.or.id/2014/11/uu-nomor-20-tahun-2003-tentang-sistem-pendidikan-nasional/
Fani Julia Fiana
, Daharnis, Mursyid Ridha. (2013). Disiplin
Siswa di Sekolah dan Implikasinya dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling.
Padang : Universitas Negeri Padang.
Muhammad
Fadillah, dan Lilif Mualifatu Khorida. (2014). Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta : Ar-ruz Media.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : CV Alfabeta.
Suyadi. (2015). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar