Kamis, 08 November 2018

JURNAL STRATEGI SEKOLAH DALAM PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA



STRATEGI SEKOLAH DALAM PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA DI SD MUHAMMADIYAH WIROBRAJAN 3

THE STRATEGY SCHOOL OF INVESTMENT STUDENTS DISCIPLINE IN UHAMADIYAH WIROBRAJAN 3 OF PRIMARY SCHOOL

Oleh: Hasti Purwaningrum, FSP/KP FIP Universitas Negeri Yogyakarta.
          (asthy.odonk@gmail.com)


Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai strategi sekolah dalam penanaman kedisiplinan siswa di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.Subjek dari penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, serta dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, dan teknik. Hasil penelitian menunjukkan: (1) kegiatan pendisiplinan siswa yang dilakukan: (a) sekolah melakukan penanaman kedisiplinan melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler, (2) proses penanaman kedisiplinan siswa: (a) sekolah mengetatkan kedisiplinan sejak 2009, (b) latar belakang penanaman kedisiplinan siswa adalah kesadaran, keprihatinan, komplain, (c) sekolah memiliki anggaran otomatis untuk setiap kegiatan, (d) sekolah memiliki sarana prasarana yang lengkap, (e) persiapan yang dilakukan sekolah cukup matang, (f) semua pihak turut berpartisipasi, (3) manfaat: (a) semua pihak mendapatkan dampak yang positif, (4) faktor pendukung: (a) sumber daya manusia yang memadahi, (b) aturan yang baik, (c) sekolah merupakan sekolah muhammadiyah, (d) semua pihak saling mendukung, (e) sebagian siswa mudah diatur, (5) faktor penghambat: (a) keterbatasan prasarana, (b) peran orangtua dan sekolah belum singkron, (c) sebagian siswa masih sulit menerima aturan, (6) solusi: (a) sekolah membangun jembatan penghubung, (b) komunikasi yang baik, (c) diadakan parenting, (d) surat panggilan.

Kata kunci: strategi sekolah, penanaman kedisiplinan, kedisiplinan siswa.

Abstract
This research  aimed to describe the strategy of school in student discipline placement in primary school Muhammadiyah Wirobrajan 3. This research is a qualitative descriptive research. The subjects of this study are principals, teachers, employees, and students. Data collection was done by observation method, interview, and documentation. Data analysis techniques used are with data reduction, data presentation, and conclusion. Test data validity using source triangulation, and techniques. The results of the study showed: (1) disciplinary activities of students undertaken: (a) the school conducted disciplinary placements through intracurricular and extracurricular activities, (2) disciplinary student development process: (a) the school tightened discipline since 2009, (b) (d) the school has complete infrastructure, (e) preparation done by the school is well done, (f) all parties participate, (3) the school has an automatic budget for each activity; benefits: (a) all parties have a positive impact, (4) supporting factors: (a) adequate human resources, (b) good rules, (c) schools are muhammadiyah schools, (d) all parties support each other, (e) some inhibitors: (a) infrastructure limitations, (b) parent and school roles not yet synchronized, (c) some students still have difficulty accepting rules, (6) solutions: (a) school building bridges, (b) good communication, (c) held parenting, (d) a summons.

Keywords: school strategy, discipline planting, student discipline.






Pendahuluan

Indonesia merupakan Negara yang memiliki penduduk dengan usia produktif yang cukup memadahi, namun dari segi kualitas serta mutu masih perlu ditingkatkan lagi. Sumber daya yang bermutu mengacu pada dua hal, pertama adalah memiliki kapabilitas yang cukup mencakup (pengetahuan dan keterampilan), yang kedua adalah memiliki karakter keindonesiaan yang kuat agar ilmu dan keterampilan yang dimiliki bermakna bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan agama.
Pendidikan memiliki peran yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup seorang manusia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-undang nomor 20 tahun 2003). Salah satu fungsi dari pendidikan adalah menanamkan pendidikan karakter ke dalam diri anak.
Orang yang berkarakter merupakan orang yang memiliki harga diri. Seiring dengan arus globalisasi yang telah masuk dalam seluruh relung kehidupan, pembangunan karakter dirasa menjadi sesuatu yang urgent atau mendesak untuk dikaji dan diimplementasikan di sekolah. Pendidikan karakter dirasa mendesak untuk dilaksanakan karena terdapat gejala-gejala yang menandakan tergerusnya karakter bangsa ini. Tanda-tanda merosotnya karakter bangsa ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Thomas Lickona dalam Barnawi (2012: 12), tentang tanda zaman yang kini terjadi, yakni sebagai berikut :
1.    Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja/masyarakat.
2.    Penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk/tidak baku.
3.    Pengaruh peer-group (geng) dalam tindak kekerasan menguat.
4.    Meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol, dan seks bebas.
5.    Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk.
6.    Etos kerja yang menurun. Etos kerja yang dipicu oleh spirit yang lemah, artinya pemahaman sebagai bentuk ibadah tidak dihayati. Satu-satunya ukuran hanyalah uang.
7.    Semakin rendahnya rasa hormat.
Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) mensinyalir bahwa sumber dari musibah dan bencana yang telah meluluh lantahkan moralitas bangsa ini adalah terabaikannya pendidikan karakter. Kemendiknas menyandarkan argumennya tersebut pada sejarah bangsa-bangsa yang selalu mengedepankan karakter sebagai solusi berbagai persoalan yang menerpanya. sekedar contoh, revitalisasi bangsa Jerman dilakukan dengan pendidikan karakter dan spiritualitas setelah kekalahan perang dengan Perancis. Jepang menata ulang negerinya menghadapi urbanisasi, disertai introduksi pendidikan moral. Amerika pada akhir abad ini menghadapi krisis global dengan mengintrodusikan kembali pendidikan karakter, Amin Abdullah dalam Suyadi (2015: 2).
Merujuk pada fakta-fakta sejarah bangsa-bangsa tersebut, Pemerintah telah membuat kebijakan nasional pembangunan karakter bangsa tahun 2010-2025. Hal ini dimaksudkan sebagai sarana untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia berlandaskan empat pilar kebangsaan, yaitu: Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika. Dengan demikian dimungkinkan adanya kesamaan pemahaman, pandangan, dan gerak langkah dalam mencapai tujuan. Ruang lingkup sasaran pembangunan karakter bangsa meliputi: keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, masyarakat sipil, masyarakat politik, dunia usaha, dan industri, serta media massa, Darmiyati Zuchdi (2015: xv).
Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) telah merumuskan 18 nilai karakter yang akan ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya membangun karakter bangsa. Berikut ini merupakan 18 nilai karakter yang dirumuskan oleh Kemendiknas yang tertuang dalam buku Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang disusun Kemendiknas melalui badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum, Kementrian Pendidikan Nasional 2010 dalam Suyadi (2015: 7): religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan atau nasionalisme, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Salah satu pendidikan karakter yang ada adalah penanaman kedisiplinan siswa, yang merupakan salah satu program sekolah untuk membuat siswanya memiliki karakter sikap yang baik yaitu disiplin. Penanaman program kedisiplinan ini penting ditanamkan kepada siswa sejak dari pendidikan dasar agar anak lebih memahami dan mampu menerapkan kedisiplinan itu dalam dirinya. Disiplin adalah karakter yang menentukan kualitas pendidikan Indonesia, dalam mendisiplinkan peserta didik, guru seharusnya menggunakan cara-cara memanusiakan manusia. Menjalin, membina, memperbaiki komunikasi mutualis adalah cara aktif, kreatif, positif dan efektif untuk membiasakan peserta didik ke arah yang lebih baik, yaitu menjadi manusia yang patuh dan taat. Selain menjadi teladan bagi anak didiknya, seorang guru juga harus mampu menyadarkan anak didiknya untuk mematuhi ketentuan, aturan dan tata tertib sekolah. Dengan memahami latar belakang peserta didik, guru diharapkan dan seharusnya membantu peserta didik mengenali diri dan potensinya, membantu peserta didik meningkatkan kualitas perilakunya, dan menjadikan peraturan serta tata tertib sekolah sebagai alat untuk memotivasi peserta didik. Sekolah adalah tempat yang tepat untuk mewujudkan pendidikan karakter kedisiplinan itu, sekolah seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan dalam anak belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi dalam berbagai bidang, namun pada kenyataanya dewasa ini, banyak anak didik yang justru menganggap sekolah menjadi tempat yang membosankan dan aturan-aturannya membuat mereka justru semakin merasa ingin bebas. Hidup dalam kebebasan menjadi alasan untuk melanggar peraturan.
Anak didik sering beranggapan bahwa aturan sekolah adalah pembatasan mereka untuk berkreasi dan bebas. Teguran guru dianggap sebagai hukuman dan bahkan terkadang siswa merasa tersinggung dan malu dengan adanya teguran dari guru, hal seperti inilah yang seharusnya menjadi perhatian lebih dari warga sekolah, baik guru maupun tenaga kependidikan lainnya. Apabila ditegur siswa menjadi merasa bahwa dirinya selalu disalahkan, akan tetapi dibiarkan begitu saja setiap kali siswa melanggar peraturan  juga bukanlah solusi yang tepat untuk mendewasakan anak didik. Anak harus dididik melalui cara-cara tertentu agar penananaman karakter disiplin dapat masuk ke dalam dirinya dan membuat dirinya memiliki perilaku yang baik.
SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 merupakan salah satu SD yang memiliki strategi tersendiri dalam mendisiplinkan siswanya. Pendidikan kedisiplinan di SD ini dilaksanakan dengan cara yang berbeda dari SD yang lain, yakni dengan cara pembiasaan atau habit. Maksud dari pembiasaan atau habit ini adalah peraturan tertulis tidak menjadi sebuah acuan (meskipun ada), dan pembiasaan terhadap pola hidup disiplin lebih diutamakan, serta dimana skorsing dinilai tidak efektif. Banyak program-program kedisiplinan yang dibuat oleh sekolah agar pembiasaan ini lebih efektif dan terlaksana dengan baik. anak yang melakukan pelanggaran tidak langsung mendapatkan hukuman, akan tetapi lebih kepada pengarahan agar tidak mengulangi kesalahannya, dimana dalam pengarahan ini guru mencari cara lain untuk membuat siswa mentaati peraturan tanpa rasa takut karena hukuman.



metode penelitian
 
Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan memakai pendekatan deskriptif kualitatif yang berusaha untuk mendeskripsikan dan menggambarkan keadaan objek sesuai dengan kenyataan.

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian diagendakan berjalan selama satu bulan, yaitu pada bulan Mei hingga Juni 2017 yang dilaksanakan di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3.

Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Kepala sekolah, guru, karyawan, serta siswa di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3.

Prosedur
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan observasi yang dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung, wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan,  dan dokumentasi dari sekolah dan mengambil saat observasi serta wawancara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif yang bersifat induktif yang dikembangkan menjadi hipotesis dan setelah hipotesis diterima bekembang menjadi teori. Proses analisis data menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. teknik analisis data yang digunakan ini berdasarkan Miles dan Huberman. dimana langkah ketiga menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011:252) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. dalam penelitian ini, peneliti senantiasa memverifikasi setiap tahapan, sehingga setiap kali peneliti menyimpulkan mengenai suatu hal, maka akan didukung dengan adanya bukti-bukti yang valid dan konsisten. untuk keabsahan menggunakan uji kredibilitas, artinya penelitian menggunakan triangulasi, bahan referensi, analisis kasus negatif, diskusi teman sejawt dan member check. triangulasi dengan menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber.



hasil penelitian dan pembahasan

1.        Kegiatan Pendisiplinan Siswa yang dilakukan di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3.
SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 membuat berbagai kegiatan yang didalamnya memuat penanaman kedisiplinan. Kegiatan ini dituangkan dalam kegiatan intrakurikuler dan juga ekstrakurikuler:
a.       Kegiatan intrakurikuler, merupakan kegiatan pembelajaran didalam kelas yang didalamnya dimasukkan nilai-nilai kedisiplinan yang disesuaikan dengan topic bahasan. Dalam kegiatan intrakurikuler guru memiliki strategi sendiri untuk membiasakan kedisiplinan kepada anak melalui mata pelajaran. sehingga siswa secara tidak sadar telah melakukan kebiasaan disiplin tanpa disuruh.
b.      Kegiatan ekstrakurikuler, adalah kegiatan diluar pembelajaran yang ada di sekolah seperti pocil atau polisi kecil, tonti, pramuka, dan masih banyak lagi yang didalamnya melatih mengenai kedisiplinan untuk membuat siswa menjadi seorang yang disiplin dalam hidupnya.
2.        Proses Penanaman Kedisiplinan Siswa di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3.
Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) mensinyalir bahwa sumber dari musibah dan bencana yang telah meluluh lantahkan moralitas bangsa ini adalah terabaikannya pendidikan karakter.  oleh karena itu sangat penting ditanamkan sejak dini. Kemendiknas menyandarkan argumennya tersebut pada sejarah bangsa-bangsa yang selalu mengedepankan karakter sebagai solusi berbagai persoalan yang menerpanya. sekedar contoh, revitalisasi bangsa Jerman dilakukan dengan pendidikan karakter dan spiritualitas setelah kekalahan perang dengan Perancis. Jepang menata ulang negerinya menghadapi urbanisasi, disertai introduksi pendidikan moral. Amerika pada akhir abad ini menghadapi krisis global dengan mengintrodusikan kembali pendidikan karakter, Amin Abdullah dalam Suyadi (2015: 2).
Sejalan dengan hal tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan generasi bangsa dari maraknya kasus pelanggaran adalah melalui sekolah. Sekolah merupakan rumah kedua dimana siswa dididik dan dibudayakan dengan berbagai macam nilai dan ilmu. Dengan strategi pembiasaan dan pembudayaan yang baik dan benar, siswa akan mampu untuk menguasai dirinya dengan baik dan menanamkan disiplin kedalam dirinya. Sekolah yang memiliki strategi yang baik akan menghasilkan keberhasilan tujuan yang baik pula. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, (2006: 5), mengemukakan pengertian strategi secara umum merupakan “suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Kedisiplinan merupakan salah satu nilai dari pendidikan karakter yang sangat penting untuk dipahami sejak dini oleh siswa. Istilah pendidikan karakter itu sendiri sering muncul pada akhir-akhir ini, setelah begitu banyaknya degradasi moral yang terjadi melanda bangsa Indonesia. Dimulai pada saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan kata-kata karakter dalam pidatonya, bermula dari situlah pada akhirnya Kemendiknas membuat kebijakan baru mengenai pemasukan nilai-nilai pendidikan karakter dalam setiap pembelajaran di sekolah, Muhammad Fadillah (2014: 16).
SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 turut menerapkan salah satu nilai pendidikan karakter yakni pendidikan kedisiplinan. Penanaman kedisiplinan siswa ini mulai diketatkan semenjak tahun 2009.  Tujuan penanaman kedisiplinan siswa ini adalah sebagai bekal kehidupan untuk siswa nantinya, bahwa dalam hidup terdapat sebuah aturan yang tidak boleh dilanggar dan wajib dipatuhi. Dalam proses penanaman kedisiplinan siswa, SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 menggunakan beberapa pendekatan yaitu dengan indoktrinasi, teladan, dan juga pembiasaan. Akan tetapi pendekatan yang paling sering digunakan adalah dengan pembiasaan. Hal yang melatarbelakangi adanya strategi penanaman kedisiplinan siswa di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 ini adalah kesadaran, keprihatinan, dan juga komplain.
a.       Kesadaran, maksudnya adalah kesadaran dari pihak sekolah bahwa masa anak-anak merupakan masa-masa emas bagi pertumbuhan siswa sehingga pada masa ini harusnya anak dididik dengan baik mengenai banyak hal termasuk kedisiplinan.
b.      Keprihatinan, maksudnya adalah pihak sekolah merasa prihatin dengan banyaknya pelanggaran aturan yang terjadi sehingga diketatkanlah pendidikan kedisiplinan siswa.
c.       komplain, maksudnya adalah banyaknya complain dari berbagai pihak mengenai kedisiplinan, khusunya complain dari wali murid, membuat sekolah sadar bahwa penanaman kedisiplinan merupakan hal yang penting diajarkan kepada siswa.
Sekolahpun memiliki agenda khusus guna melancarkan strategi penanaman kedisiplinan siswa ini, agenda tersebut berupa pertemuan dengan wali murid diseluruh jenjang yang ada. Selain agenda khusus, sekolah juga menyiapkan anggaran otomatis untuk setiap kegiatan yang dijalankan.
Bagi sekolah, kedisiplinan merupakan hal yang penting untuk diterapkan dalam diri siswa, sehingga sekolah berupaya sebaik mungkin untuk menggencarkan penanaman kedisiplinan siswa. Mengenai sarana dan prasaran, sekolah berusaha memberikan sarana prasarana yang lengkap guna menunjang strategi penanaman kedisiplinan siswa. kepala sekolah sendiri menganggap bahwa sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen utama yang harus dimiliki dalam menunjang kegiatan siswa. apabila sekolah memiliki fasilitas yang lengkap dan sarana prasarana yang memadahi, tentu saja kegiatan yang diadakan oleh sekolah akan terselenggarakan dengan baik.
Persiapan sekolah dalam penanaman kedisiplinan inipun bisa terbilang cukup matang dimana sekolah memulai dengan persiapan perangkat, persiapan sangsi, dan juga monitoring. persiapan perangkat artinya adalah perangkat peraturan yang dimana dalam aturan ini siswa dijelaskan mengenai kewajiban yang harus dijalankan namun tak lupa sekolah juga memberitahukan tentang hak yang akan mereka peroleh. persiapan kedua adalah sangsi, sangsi disini dibuat bukan untuk menakuti siswa akan tetapi untuk membuat siswa belajar tentang kesalahan yang mereka buat saat melanggar kedisiplinan. kemudian yang terakhir adalah monitoring, monitoring yang dilakukan adalah sebuah pemantauan yang dilakukan oleh semua pihak sekolah terhadap peraturan yang ada.
Dalam proses penanaman kedisiplinan siswa ini, semua pihak terkait ikut berpartisipasi dengan baik guna tercapainya tujuan penanaman kedisiplinan siswa.
3.        Manfaat Pendisiplinan Siswa yang dilakukan di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3
Rachman dalam Fani Julia Fiana (2013), mengemukakan secara rinci kegunaan atau pentingnya disiplin bagi diri siswa, yaitu: 1) Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, 2) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, 3) Menjauhkan siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah. 4) Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar. 5) Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.
Dengan partisipasi yang cukup baik dari berbagai pihak, baik kepala sekolah, guru, karyawan, maupun siswa merasakan adanya dampaik yang positif dari kedisiplinan yang mereka jalankan. Memang tidak mudah untuk membuat siswa menyadari akan pentingnya kedisiplinan, namun dengan proses yang bertahap dan dijalankan secara terus menerus siswa lama-kelamaan menjadi sadar akan pentingnya kedisiplinan dan merasakan manfaat dari kedisiplinan itu sendiri. Sebagai pendidik, pihak sekolahpun turut melakukan pendisiplinan kepada pribadi masing-masing sehingga merekapun mengalami manfaat dari kedisiplinan itu.
4.        Faktor Pendukung serta Penghambat dalam Pelaksanaan Kedisiplinan Siswa di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3.
Faktor pendukung pelaksanaan strategi penanaman kedisiplinan siswa di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3:
a.       Sumber daya manusia yang memadahi.
b.      Sistem atau aturan yang baik.
c.       Sekolah merupakan sekolah Muhammadiyah dimana pendidik secara teoritis sudah sangat memahami dan menguasai tentang kedisiplinan.
d.      Semua pihak di sekolah saling mendukung dalam strategi penanaman kedisiplinan siswa.
e.       Sebagian siswa merupakan anak yang mudah diatur dan menerima serta memahami kedisiplinan dengan baik.
Faktor penghambat pelaksanaan strategi penanaman kedisiplinan siswa di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3:
a.       Keterbatasan sarana prasarana dimana SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 ini memiliki 3 unit gedung terpisah, yang mana harus melewati jalan umum yang menyebabkan ketidakaturan saat berpindah unit.
b.      Peran orang tua dan juga aturan yang diberikan oleh sekolah belumlah singkron.
c.       Sebagian dari siswa masih sulit untuk menerima aturan yang diberikan sekolah.
5.        Solusi yang ditawarkan Pihak Sekolah dalam Menghadapi Hambatan.
Dengan adanya hambatan-hambatan yang terjadi, maka sekolah berusaha mencari solusi yang tepat untuk menghadapi hambatan tersebut. Solusi yang diberikan oleh sekolah adalah sebagai berikut:
a.       Sekolah membangun jembatan penghubung, hal ini dilakukan untuk mencegah ketidakaturan siswa dalam keluar masuk gedung unit 1 dan 2. Disini sekolah juga membuat penjadwalan kapan anak mendapat akses keluar dan masuk.
b.      Sekolah mengkomunikasikan dan memoles terus apa yang masih kurang, tetapi semuanya dikembalikan lagi kepada pemahaman orang tua murid itu sendiri.
c.       Diadakan kegiatan parenting atau pengajian rutin setiap hari minggu selama satu bulan sekali dalam rangka mempertemukan orang tua murid sekaligus mengkonsultasikan masalah siswa.
d.      Manakala anak melakukan banyak pelanggaran, orangtua diberikan surat panggilan dari sekolah dan dicarikan solusi bagaimana orang tua bisa mengimbangi apa yang sudah sekolah berikan.


simpulan dan saran

Simpulan
SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 merupakan salah satu SD yang menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan karakter, salah satunya adalah nilai kedisiplinan. Dalam penanaman kedisiplinan siswa di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3, terdapat beberapa pendekatan yang digunakan yakni, indoktrinasi, teladan, dan juga pembiasaan. Dari ketiga model pendekatan yang digunakan oleh SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 tersebut, pendekatan yang paling sering diterapkan adalah melalui pembiasaan atau habit.
Strategi penanaman kedisiplinan siswa di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 ini sendiri dilatarbelakangi oleh 3 hal, yaitu kesadaran berbagai pihak akan pentingnya kedisiplinan, keprihatinan berbagai pihak akan kurangnya tingkat disiplin anak, dan complain berbagai pihak mengenai ketidak disiplinan anak. Sekolah berupaya melakukan agenda khusus berupa pertemuan dan pendekatan kepada orangtua dalam berbagai kegiatan, seperti pengajian sebulan sekali atau yang biasa disebut dengan parenting, dan juga rapat orang tua siswa yang diadakan selama tiga kali. Guru di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 pun memiliki strategi tersendiri dalam penanaman kedisiplinan siswa. Semua pihak yang terkait baik pihak sekolah maupun siswa merasa bahwa kedisiplinan merupakah hal yang utama dan penting untuk dijalankan, sehingga semua pihak terkait saling mendukung dalam pelaksanaan strategi penanaman kedisiplinan siswa.
Sekolah memiliki persiapan yang cukup matang dalam strategi penanaman kedisiplinan siswa di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3, persiapan tersebut berupa perangkat peraturan, sangsi, dan juga pemantauan peraturan yang berlaku. Strategi penanaman kedisiplinan yang dilakukan di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 berdampak kepada semua pihak yang melaksanakannya, baik Kepala Sekolah, guru, karyawan, maupun siswa mendapatkan dampak yang positif dari kedisiplinan yang mereka jalankan, dan mereka semakin menyadari akan pentingnya hidup berdisiplin.
Faktor pendukung strategi penanaman kedisiplinan siswa sebagai berikut: 1. Sumber daya yang memadahi, 2. Sistem atau aturan yang baik, 3. Sekolah merupakan sekolah Muhammadiyah dimana pendidik secara teoritis sudah sangat memahami dan menguasai tentang kedisiplinan, 4. Semua pihak di sekolah saling mendukung dalam strategi penanaman kedisiplinan siswa, 5. Sebagian siswa merupakan anak yang mudah diatur dan menerima serta memahami kedisiplinan dengan baik. Selain faktor pendukung, diperoleh juga faktor penghambat sebagai berikut:
1.      Keterbatasan prasarana dimana SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 ini memiliki 3 unit terpisah, yang mana di setiap unit harus melewati jalan umum yang menyebabkan ketidak aturan saat berpinah unit.
2.      Peran orang tua dan juga aturan yang diberikan oleh sekolah belumlah singkron.
3.       Sebagian dari siswa masih sulit untuk menerima aturan yang diberikan oleh sekolah.
Dari kesimpulan faktor pendukung serta faktor penghambat yang ada, sekolah memberikan solusi guna mengatasi hambatan yang ada sebagai berikut:
1.      Sekolah membangun jembatan penghubung, hal ini dilakukan untuk mencegah ketidak tertauran siswa dalam keluar masuk unit 1 dan 2. Disini sekolah juga membuat penjadwalan kapan anak mendapat akses keluar dan masuk.
2.      Sekolah mengkomunikasikan dan memoles terus apa yang masih kurang, tetapi semuanya dikembalikan lagi kepada pemahaman orang tua murid itu sendiri
3.      Diadakan kegiatan parenting atau pengajian rutin setiap hari minggu selama sebulan sekali dalam rangka mempertemukan orang tua murid sekaligus mengkonsultasikan masalah siswa.
4.      Manakala anak melakukan banyak pelanggaran, orang tua diberikan surat panggilan dari sekolah dan dicarikan solusi bagaimana orang tua bisa mengimbangi apa yang sudah diberikan oleh sekolah.

Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang sudah dijabarkan di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal, yaitu:
1.    Pihak sekolah lebih mempererat penjagaan terhadap siswa saat jam perpindahan unit, sehingga tercapai sebuah keteraturan dan tidak menimbulkan pelanggaran.
2.    Pihak sekolah lebih menerangkan lagi kepada orang tua atau wali murid mengenai kedisiplinan, jika diperlukan dalam setiap parenting ataupun rapat, pihak sekolah memberikan arahan lebih mendalam lagi kepada orang tua siswa sehingga mereka benar-benar memahami akan pentingnya kedisiplinan dan ikut mensingkronkan peran mereka dirumah agar tercapai tujuan yang diinginkan dan tercapai keselarasan penanaman kedisiplinan siswa baik di sekolah maupun di rumah.
3.    Orang tua atau wali murid lebih paham dan peduli lagi mengenai kedisiplinan anaknya, sehingga mereka mampu menjalankan perannya di rumah dengan baik sebagai pengganti guru di sekolah.


daftar pustaka

Ditulis dalam spasi tunggal (atau at least 12pt), antardaftar pustaka diberi jarak 1 spasi.
Barnawi, dan M. Arifin. (2012). Strategi Dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter. Jogjakarta. Ar-ruz Media.

Darmiyati Zuchdi. (2011). Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Teori Dan Praktik. Yogyakarta : UNY Press.

Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Elsam. (2014). UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Diakses tanggal 28 Januari 2017 dari : http://referensi.elsam.or.id/2014/11/uu-nomor-20-tahun-2003-tentang-sistem-pendidikan-nasional/ 

Fani Julia Fiana , Daharnis,  Mursyid Ridha. (2013).  Disiplin Siswa di Sekolah dan Implikasinya dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Padang : Universitas Negeri Padang.

Muhammad Fadillah, dan Lilif Mualifatu Khorida. (2014). Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta : Ar-ruz Media.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : CV Alfabeta.

Suyadi. (2015). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pisang goreng vanili harum dan krispi

Pisang goreng vanili yang harum dan krispi siapa yang tidak suka dengan olahan pisang? sepertinya semuanya bakal suka resep pisang goreng...