MAKALAH
BERPIKIR DAN INGATAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Dasar -
Dasar Pemahaman Tingkah Laku
Disusun oleh :
1. Sumarni (17012044)
2.Winda Alifiyyah Syifaa
Harahap (17012047)
3.Eni Purwati (17012060)
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
IKIP PGRI WATES YOGYAKARTA
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allas SWT karena atas limpahan
rahmat dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Sholawat dan salam untuk Rosulullah SAW keluarga dan sahabatnya sampai akhir
zaman amin.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada kedua orang tua yang telah
mendoakan serta membimbing kami hingga menjadi seperti ini. Penulis juga tak
lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Tentunya masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik dalam
hal bahasa, tulisan,maupun penguasaan materi. Kritik dan saran membangun sangat
kami harapkan demi perbaikan di kemudian hari. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi semua.
Wates, Desember 2017
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL............................................................................................. i
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI.......................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.
Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C.
Tujuan Penulisan.......................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A.
Pengertian Berpikir dan Ingatan.................................................................. 2
B.
Proses Berpikir dan Ingatan......................................................................... 3
C.
Macam Macam Berpikir dan Ingatan........................................................... 6
D.
Faktor Penghambat Berpikir dan Ingatan.................................................... 7
E.
Gangguan Berpikir dan Ingatan................................................................... 9
F. Contoh Kasus Berpikir dan Ingatan............................................................. 12
BAB
III PENUTUP............................................................................................... 14
A.
Kesimpulan.................................................................................................. 14
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Sebagaimana telah
dikatakan, psikologi mempersoalkan aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
maupun yang tidak. Secara umum aktivitas-aktivitas (dan penghayatan) itu dapat
dicari hukum-hukum psikologis yang mendasarinya. Adalah penting sekali para pendidik
mengetahui hukum-hukum tersebut sehingga dengan demikian akan dapat memahami
anak didiknya dengan lebih baik. Dalam meninjau masalah ini kita menempatkan
manusia di salam dunianya, selanjutnya kita coba jelaskan apa yang dihayati,
sebagaimana penghayatannya, dan apa yang dikerjakannya, apa yang mendorongnya,
dan sebagainya.
Dalam pembahasan kali ini,
aktivitas-aktivitas manusia yang akan dibahas adalah mengenai ingatan dan
berpikir. Dengan dianugerahi akal, maka manusia secara sadar menyadari atas
semua hal yang dilakukannya, dan dengan akal tersebut manusia dapat
menggunakannya dalam berpikir dan mengingat sesuatu. Namun tidak semua manusia
dapat memaksimalkannya dengan baik, ada yang disebabkan karena memang sejak
lahir mempunyai kekurangan, dan ada yang karena faktor luar yang menyebabkan
kurang dalam berpikir.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Berpikir?
2. Apa Pengertian Ingatan?
3. Bagaimana proses berpikir?
4. Bagaimana proses ingatan?
5. Jenisjenis berpikir dan Ingatan
6. Faktor penghambat dalam berpikir dan Inagtan
7. Gangguan dalam berpikir dan ingatan
C.
Tujuan Penulisan
1.Mengetahui definisi berpikir dan ingatan
2.Mengetahui Proses berpikir dan mengingat
3.Mengetahui Macam macam berpikir dan ingatan
4. Mengatahui Gangguan berpikir dan ingatan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Berpikir dan Ingatan
1.
Pengertian Berpikir
Berpikir
adalah satu kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang sebagai
pengganti obyek dan peristiwa. Berpikir merupakan manipulasi atau organisasi
unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu
langsung melakukan kegiatan yang tampak. (Achmad, 2008 hal. 124)
Berpikir
juga dapat diartikan sebagai akumulasi dari proses sensasi, asosiasi, persepsi,
dan memori yang dikeluarkan untuk mengambil keputusan.(Nina, 2011: 5).
Terdapat
beberapa macam pendapat mengenai pengertian berpikir, diantaranya yang menganggap berpikir sebagai suatu proses
asosiasi saja, ada pula yang memandang berpikir sebagai proses penguatan
hubungan antara stimulus dan respons, ada yang mengemukakan bahwa berpikir itu
merupakan suatu kegiatan psikis untuk mencari hubungan antara dua objek atau
lebih. Selain itu terdapat pula pendapat para ahli mengenai berfikir
diantaranya:
a.
Philip L. Harriman mengungkapkan, bahwa
berpikir(thinking)adalah istilah yang sangat luas dengan berbagai definisi
misalnya, angan-angan, pertimbangan, kreativitas, tingkah laku seperti jika (as
if, vaihinger), pembicaraa yang lengkap, aktivitas idaman, pemecahan
masalah, penentuan, perencanaan, dan sebagainya, aktivitas dalam menanggapi
suatu situasi yang tidak objektif yang menyerang organ panca indra.
b.
“Berpikir merupakan manipulasi atau organisasi
unsur-unsur lingkungan dnegan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu
langsung melakukan kegiatan yang tampak,” kata Floyd L. Ruch dalam bukunya yang
klasik, Psychology and Life (1967). (Abdul, 2009: 225).
c.
Secara singkat Anita Taylor mendefinisikan berpikir
sebagai proses penarikan kesimpulan (thinking is an inferring process) (Taylor
et. Al., 1977: 55). (Nina, 2011: 5).
2. Pengertian
Ingatan
Ingatan
(memory) ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan memproduksikan
kesan-kesan. Ada 3 unsur dalam perbuatan ingatan, ialah menerima kesan-kesan,
menyimpan dan mereproduksikan. Adapun definisi ingatan menurut beberapa ahli:
a.
Ingatan adalah setiap ungkapan, dalam mana kaitan
psikis dimanifestasikan dalam dimensi waktu (kohnstamn).
b.
Ingatan adalah kaitan masa lampau dari pengalaman (W.
Stern). (Kartini, 2010: 107)
Mengingat adalah perbuatan menyimpan hal-hal yang
sudah pernah diketahui untuk dikeluarkan dan pada saat lain digunakan kembali.
Pendapat lain menyatakan ingatan adalah simpanan pola dari sambungan-sambungan
antara neuron-neuron di otak. Oleh karena itu, tanpa ingatan hampir tidak
mungkin seseorang mempelajari sesuatu. (Sarlito, 2013: 115).
B. Proses
Berpikir dan Ingatan
1.
PROSES BERPIKIR
Dalam berpikir seseorang tentunya melalu beberapa proses. Diantaranya:
a)
Pembentukkan Pengertian
Yang
dimaksud dengan pengertian ialah himpunan ciri-ciri hakiki atau sifat yang khas
dari sesuatu yang lain. Pengertian diperoleh berdasarkan pengalaman, atau
dengan jalan berpikir.
Akal
berusaha mencari sejumlah ciri pokok dari sekumpulan objek-objek tersebut,
sehingga terpisah dari ciri-ciri objek selainnya yang tidak perlu dan tidak
mesti ada. Misalnya, binatang bertulang belakang, Apa-apa yang menjadi ciri
binatang bertulang belakang dikumpulkan, yang bukan dipisahkan, tidak
dimasukkan.
b)
Pembentukkan Pendapat
Pendapat
dibentuk dari dua pengertian atau lebih yang merupakan hasil dari perbuatan
pikiran yang mengandung hubungan arti. Misalnya, kita menyatakan: “Rumah yang
baru itu indah” Pendapat semacam ini disebut pendapat yang positif. Sebaliknya
“Rumah itu jelek” pendapat ini disebut pendapat yang negatif.
Ada juga
kriteria lain, “pendapat modalitet”, yaitu pendapat yang menyatakan
kemungkinan, dan keraguan tentang sesuatu unsur dari sesuatu. Misalnya, Si A
mungkin orang yang jujur, mungkin juga penipu.
Setiap pendapat dinyatakan dengan
bahasa dalam bentuk kalimat yang terdiri atas:
1.
Subjek (pokok kalimat), suatu pengertian yang
diterangkan.
2.
Predikat (sebutan kalimat), suatu pengertian yang
menerangkat.
c)
Pembentukkan Keputusan
Menurut terjadinya ada tiga macam
keputusan, yaitu:
1. Keputusan
dari pengalaman-pengalaman, misalnya:
a.
Kemarin paman duduk dikursi yang panjang.
b.
Mesjid di Kota Kami di sebelah barat alun-alun.
2. Keputusan
dari tanggapan-tanggapan, misalnya:
a.
Anjing Kami menggigit seorang kusir.
b.
Sepeda saya sudah tua, dan lain-lain.
3. Keputusan dari pengertian-pengertian, misalnya:
a.
Berdusta adalah
tidak baik.
b.
Bunga itu indah, dan
lain-lain.
d)
Pembentukkan Kesimpulan
Tujuan dari
berpikir ialah mencari pemecahan-pemecahan masalah yang dihadapi. Berdasarkan
data-data yang didapatkan, maka ditarik kesimpulan sebagai pendapat yang akhir berdasarkan
data-data atau pendapat yang mendahuluinya.
Jadi
pembentukan kesimpulan adalah membentuk suatu pendapat berdasarkan
pendapat-pendapat yang telah ada.
Untuk
menarik kesimpulan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1. Atas dasar
analogi
Kesimpulan
atas dasar analogi, yaitu kesimpulan yang diambil dengan cara mengkiaskan atau
menyamakan antara sesuatu dengan yang lain berdasarkan pertimbangan
hal/kejadian-kejadian yang sama yang terjadi sebelumnya.
2.
Secara induktif
Kesimpulan
yang diambil secara induktif, yaitu kesimpulan yang diambil berdasarkan hal-hal
atau peristiwa-peristiwa yang sama, kemudian diambil sifat-sifatnya yang
berlaku umum bagi hal-hal atau peristiwa-peristiwa
3.
Secara deduktif
Kesimpulan
ini diambil dari konsep yang bersifat umum untuk hal-hal yang bersifat khusus.
(Dedeh, 2015: 93)
2.
PROSES INGATAN
Ada tiga momen ingatan:
a)
MOMEN MENCAMKAN
Menurut terjadinya, mencamkan itu
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
i)
Mencamkan yang sekehendak, dan
ii)
Mencamkan yang tidak sekehendak.
Mencamkan
yang tidak sekehendak atau tidak disengaja itu artinya dengan tidak
dikehendaki, tidak disengaja, memperoleh sesuatu pengetahuan. Sedangkan
mencamkan dengan sekehendak atau dengan sengaja artinya mencamkan dengan
sengaja dan dikehendaki; dengan sadar sungguh-sungguh mencamkan
sesuatu(menghafal).
b) MOMEN
MENYIMPAN
Setalah kita
selesai mencamkan, banyak sekali hal-hal yang kita lupakan, tetapi lebih
kemudian yang kita lupakan lagi makin lama makin sedikit. Maka bahan yang ingin
kita ingat dengan baik, haruslah terus-menerus kita ulangi; dan untuk keperluan
ini tentu saja kita harus membagi-bagi waktu belajar secara baik.
c) MOMEN
MEMPRODUKSI. (Patty,1982:
107)
Reproduksi
adalah pengaktifan kembali hal-hal yang telah dicamkan. Dalam reproduksi ada
dua bentuk, yaitu:
a)
Mengingat kembali (recall), dan
b)
Mengenal kembali (recognition).
C.
Jenis/Macam Berpikir Dan Ingatan
1.
Jenis/Macam Berpikir
Floyd L. Ruch (1967) menyebut tiga
macam berpikir realistik:
a) Berpikir
Deduktif
Deduktif
merupakan sifat deduksi. Kata deduksi berasal dari kata Latin deducere (de
berarti ‘dari’, dan kata ducere berarti ‘mengantar’, ‘memimpin’). Dengan
demikian, kata deduksi yang diturunkan dari kata itu berarti ‘mengantar dari
suatu hal ke hal lain’. Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduksi
merupakan proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari proposisi yang sudah
ada, menuju proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan (Keraf. 1994:57).
Contoh: Semua manusia akan mati (kesimpulan umum)
Socrates adalah manusia (kesimpulan
khusus)
Jadi, Socrates akan mati (kesimpulan
deduksi)
b)
Berpikir induktif
Induksi
adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena
individual untuk menurunkan suatu kesimpulan(inferensi). Jadi, berpikir induktif
ialah menarik suatu kesimpulan umum dari berbagai kejadian(data) yang ada di
sekitarnya. Contoh: Seorang guru mengadakan eksperimen-eksperimen menanam
biji-bijian bersama murid-muridnya; tumbuhnya ke atas pula; kacang merah
ditanam dengan mata lembaganya di sebelah bawah, tumbuhnya ke atas pula;
biji-biji yang lain demikian pula. Kesimpulannya: semua batang tanaman
tumbuhnya ke atas mencari sinar matahari
c)
Berpikir evaluatif
Berpikir
evaluatif adalahh berpikir kritis, menilai baik-uruknya, tepat atau tidaknya
suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi
gagasan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu(Rakhmat, 1994). (Alex, 2003
Hal.214)
2. Macam/Jenis
Ingatan
a.
Ingatan yang cepat dan mudah; artinya seseorang dapat
dengan mudah dalam menerima kesankesan, misalnya: ada orang yang dengan cepat
dapat mengingat baik-baik suatu lagu dan ada pula yang lambat.
b.
Ingatan yang luas, artinya; dalam sekaligus sesorang
dapat menerima banyak kesan-kesan dan dalam daerah yang luas.
c.
Ingatan yang teguh, artinya; kesan yang telah
diterimanya itu tetap tidak berubah, melainkan tetap sebagaimana pada waktu
menerimanya.
d.
Ingatan yang setia, artinya; kesan yang telah
diterimanya itu tetap tidak berubah, melainkan tetap sebagaiman pada waktu
menerimanya.
e.
Ingatan mengabdi atau patuh, berarti; bahwa kesan yang
pernah dicamkan dapat dengan mudah direproduksikan secara lancar. (Mahfudz,
1991 Hal.92)
Sistem yang dibangun untuk ingatan
agar sebuah informasi tetap diingat adalah melalui:
a)
Ingatan sensori
Yaitu tempat
sementara penyimpanan informasi. Pada bagian ini modalitas dari sensori
individu amatlah penting, dari pancaindera, yang bisaberupa visual atau
pendengaran dan segera masuk ke dalam bagian khusus korteks (Foer, 2007). Bersifat
sangat sebentar dan cepat. Daya simpannya hanya sekitar satu detik( Feldman,
2003). Informasi yang disimpan oleh individu sangat tinggi.
b) Ingatan
jangka pendek
Dibagian ini
ingatan dapat bertahan selama 15-25 detik (Feldman, 2003). Kapasitanya terbatas,
sekitar lima sampai sembilan unti informasi, sering disebut
“seven-plus-orminus-two”.
c) Ingatan
jangka panjang
Penyimpanan
informasi relatif permanen, walaupun terkadang sulit untuk dikeluarkan kembali(
Feldman, 20013). Kapasitasnya nyari tak terbatas. Kapasitasnya yang luar biasa
inilah yang kemudian menyimpan banyak hal yang umumnya berupa fakta-fakta dan
peristiwa-peristiwa, kebiasaan, ingaan, dan emosi (Foer, 2007). (Sarlito, 2013:
116)
D.
Faktor-Faktor
Penghambat Berpikir dan Ingatan
1.
Faktor Penghambat
Berpikir
Hambatan-hambatan
yang mungkin timbul dalam proses berpikir dapat disebabkan, antara lain:
a.
Data yang ada kurang sempurna sehingga masih banyak
lagi data yang harus diperoleh;
b.
Data yang ada dalam keadaan “confuse”, data yang satu bertentangan
dengan data yang lain, sehingga keadaan itu akan membingungkan dalam proses
berpikir. Kekurangan fakta dan kurang jelasnya fakta akan menjadikan hambatan
bagi orang dalam berpikir, lebih-lebih kalau datanya satu sama lain saling
bertentangan. (Dedeh, 2015: 101)
2.
Faktor Penghambat Ingatan
Ada faktor-faktor yang
ternyata mempengaruhi daya kerja ingat antara lain:
a. Faktor usia,
ingatan yang paling tajam pada diri manusia kurang lebih pada masa kanak-kanak
(10-14 tahun) dan ini berlaku untuk ingatan yang bersifat mekanis yakni ingatan
untuk kesan-kesan penginderaan. Sesudah usia tersebut, kemampuan untuk
mencamkan dalam ingatan juga dapat dipertinggi akan tetapi untuk kesan-kesan
yang mengandung pengertian (daya ingat logis) dan ini berlangsung antara usia
15-50 tahun.
b. Kondisi
fisik, misalnya kelelahan, sakit, dan kurang tidur dapat menurunkan daya kerja
atau prestasi ingatan.
c. Faktor
emosi, dalam hal ini seseorang akan mengingat sesuatu lebih baik apabila
peristiwa-peristiwa itu menyentuh perasaan-perasaan sedangkan kejadian yang
tidak menyentuh emosi seringkali diabaikan.
d. Minat dan
Motivasi, dalam pengalaman sehari-hari, kita sering mengamati remaja yang tidak
lupa suatu lirik lagu walaupun dalam bahasa asing. Orang yang sering bepergian,
mempunyai ingatan tentang ilmu bumi yang jauh lebih baik daripada yang tidak
pernah kemana-mana. Artinya disini seseorang yang mengingat segala sesuatu
tentang hal yang disukainya jauh lebih baik dari pada hal yang tidak
disukainya. Jelaslah minat sangat meningkatkan motivasi dan pada gilirannya
akan meningkatkan daya ingat.
E. Gangguan
Berpikir dan Ingatan
1. Gangguan dalam Berpikir
a.
Kelambatan Daya Pikir: Bradyfreni
Pada
peristiwa gangguan pikiran bradyfreni, arus-arus pikiran-pikiran bisa jadi
lamban/lambat. Kelambanan itu jugaa bisa berlangsung pada peristiwa amnetis dan
cedara otak. Keadaan amnetis adalah keadaan pasien yang tengah mengalami
defek-defek ingatan(kehilangan ingatan). Reaksi orang yang bersangkutan menjadi
sangat lambat, dan dengan susah payah dia akan menjawab pertanyaan orang lain.
Pasien terus
melekat pada suatu masalah atau satu tema; kemudian berputar-putar pada
masalahnya, tanpa bisa memahami maknanya, juga tanpa bisa memecahkannya.
Peristiwa ini disebut perseverasi (bertahan, terus melekat). Sedang apabila
pikiran itu terus-menerus melingkar dan semakin jauh dari realitas nyata, maka
kejadian ini disebut berpikir divergent; yaiu berpikir semakin lama semakin
melebar dan menjauh.
Selanjutnya,
kelambatan berpikir juga bisa disebabkan oleh: adanya semacam rem-rem psikis;
misalnya oleh rasa malu, rendah diri dan kecemasan. Dalam kondisi sedemikia,
arus pikiran jadi terhambat atau terhalang-halangi; khususnya terhambat oleh
suasana hati yang depresif dan kemurungan yang abnormal.
b.
Percepatan pada pikiran
Pada
peristiwa mani-mani, kondisi panas hati, dan pasien menjadi sangat gelisah
serta bingung, pikiran bisa dipercepat. Pasien ingin bercerita
sebanyak-banyaknya, sehingga dia tidak mampu menyelesaikan pikiran sendiri. Kadangkala
terputus rangkaian kalimat dan pengertiannya, sehingga si penderita tampak
sangat kalut-kusut dalam cara berpikirnya.
Pikiran
sering juga meloncat-loncat dengan amat cepat, namun tanpa arah. Bahkan pikiran
yang satu membentur pikran lainnay, sebab tidak cocok satu sama lain.
Pikirannya tentang cepat seperti diburu-buru. Pasien yang menderita manis dan
sangat panas hatinya, sering menyatakan bahwa kehidupan batinnya snagat liar,
lepas lari berlarat-larat, dan ganas menggelora, bagaikan percepatan rim, tanpa
bisa dikendalikan.
c.
Terputusnya pikiran
Terputus
atau terpotongnya pikiran itu bisa disebabkan oleh: 1) obsesi psikis, 2) gejala
epilepsi (ayan), atau 3) hilangnya kesadaran dalam waktu singkat. Pada,
beberapa penderita psikotis, arus pikiran secara tiba-tiba bisa terpotong
putus, tanpa adanya penurunan atau hilangnya kesadaran. Peristiwa sedemikian
ini disebut: sperrung atau penyekatan-pikiran. Sekatan dalam hal ini affek-afek
yang kuat. Tiba-tiba saja si pasien tidak bisa meneruskan pikiran dan
bicaranya.
Peristiwa
“sperrung” ini mirip sekali dengan peristiwa terputusnyasceara tiba-tiba
kesanggupan berbicara karena rasa malu, tersipu-sipu, atau tersinggung perasaan
oleh sesuatu yang menyakitkan hati. Juga oleh usaha pendesakan dari
pikiran-pikiran da perasaan-perasaan yang kurang pantas kedalam ketidaksadaran.
Disamping itu, para penderita yang kehilangan inisiatif, dan mereka yang dengan
tiba-tiba tidak sudi melanjutkan komunikasinya dengan orang lain, mengalami
peristiwa “sperrung” tersebut.
d.
Inkorberensi pada Kemampuan Berpikir
Pikiran
menjadi kusut-masai, apabila pasien terganggu fungsi kesadarannya. Dan pikiran
disebut inkroherent atau tidak runtun apabila kesadarannya jelas-jernih, namun
kaitan/hubungan diantara onderdil-onderdil atau bagian-bagian dari pikiran
tersebut tidak ada, dan terputus-putus keadaannya.
Maka
keteraturan/orde dalam berpikir itu bisa berlangsung apabila pikiran dan
tanggapan-tanggpan tersebut selalu mengandung relasi-relasi: 1) waktu, 2)
tempat, 3) kausal atau sebab-musabab, dan 4) final atau mengarah pada tujuan
tertentu. (Kartini, 2010: 84)
e.
Oligeprenia: tuna
kecerdasan (oliges = sedikit; phren = jiwa, pikiran). Penderita
oligeprenia seolah-olah dilahirkan dengan bekal yang terbatas, dan perkembangan
inteleknya pun terbatas pula.
f.
Idiola: ketunaan
yang terberat, terdapat tanda-tanda tidak ada kemampuan memenuhi hidup sendiri,
sukar mengembangkan diri.
g.
Imbesila: dungu, lebih ringan daripada
idiot. Orang yang imbesila sudah dapat mandi sendiri, makan sendiri, hanya tingkat
perkembangannya terbatas.
h.
Debilita: tolol, moron, lemah kemampuan.
Kemampuannya mendekati ornag yang normal, namun taraf kemajuan yang dapat
dicapai masih sangat terbatas.
i.
Demensia: mula-mula penderita mengalami
perkembangan normal, tetapi sesuatu sebab perkembangannya terhenti dan
mengalami kemunduran yang mencolok.
j.
Delusia: (keadaan yang menunjukkan gagasan
yang ilusif). Delusia sangat erat hubungannya dengan gejala ilusi. Penderita
mempunyai keyakinan yang kuat tentang sesuatu, tetapi tidak menurut kenyataan.
k.
Obsesia: (obsessio=pengepungan). Penderita
seolah-olah dikepung atau dicengkeram oleh pikiran-pikiran tertentu yang tidak
masuk akal(tidak logis). Makin besar usaha untuk melepaskan diri, makin besar
pula gangguan pikiran yang mencengkeram. (Abu, 2009: 185).
2. Gangguan pada Ingatan
a.
Amnesia
Amnesia
ialah: hilangnya ingatan, yang bisa berlangsung dalam waktu pendek, maupun
berlanjut kepanjangan; khususnya hal ini menyangkut ide-ide yang harus
diungkapkan dengan kata-kata. Amnesia juga bisa berlangsung definitif, secara
tetap, dan hilang untuk selama-lamanya. Sifatnya bisa sebagian/persial saja
yang hilang dari ingatan; akan tetapi bisa juga bersifat total, yaitu seluruh
kesadaran masa lampau hilang sama sekali, atau terganggu secara total, dan
tidak dapat diingat kembali. Kadangkala amensia itu bisa berlangsung secara
periodik atau berkala. Pada peristiwa gagar otak (commotio cerebri) dan
cedera pada otak, amnesia sering terjadi.
b.
Hambatan pada Reproduksi
Reproduksi
dari tanggapan ialah: pemunculan tanggapan-tanggapan dari keadaan di
bawah-sadar (tidak disadari, dalam keadaan latent) kedalam keadaan disadari
atau dijadikan aktual dan dapat diingat kembali.
Pada
proses-proses reproduksi ini penyebab daripada hambatannya yang terutama ialah
emosi-emosi. Misalnya wujud: rasa malu yang hebat, kecemasan kronis, rasa
rendah diri, rasa takut, yang semuanya menghambat kelancaran reproduksi dari
tanggapan-tanggapan yang menghambat pula kelancaran fungsi ingatan.
c.
Senilitas dan Dementia Senilitas
d.
Senil( latin senilis) itu artinya: tua-renta, lisut,
jompo; kekanak-kanakan. Senilitas = menjadi tua atau jompo, gejala ketuaan.
Dementia
senilitas adalah kemunduran dan kerusakan pada “jiwa”, disebabkan oleh ktuaan dengan
tanda-tandanya kerusakan atau kemunduran fungsi intelektual, penalaran,
ingatan, dan kemauan disertai kebingungan, disorientasi terhadap lingkungan,
apathi dan stupor (kurang sadar, membisu, tidak mampu menerima perangsang dari
luar).
Dementia
pra-senilitas terjadi pada usia kurang lebih 40-50 tahun, dengan
tanda-tanda: perubahan mental dan kerusakan-kerusakan otak dari tingkat yang
ringan sampai ke tingkat berat, gangguan apbasia (tidak bisa berbicara)
dan apraxia (gangguan berbicara); juga tidak mampu melakukan kecekatan
aktivitas yang sederhana.
Pada tingkat
pertama dementia pra-senilitas, kondisinya sebagai berikut: kurang daya
apersepsi dan pengertian; ada perubahan pada intelek, cepat kehilangan ingatan
terhadap peristiwa masa sekarang. Pada tingkat lanjut, gangguan-gangguan
intelek dan emosi bertambah; khususnya gangguan pada ingatan.
F.
Contoh Kasus
Berpikir dan Ingatan
1.
Contoh Kasus Berpikir
Contoh kasus cara berpikir seorang anak:
Seorang anak usia berusia empat tahun terjatuh dari sepedanya, lalu
berkata, “Saya terjatuh karena hari ini hari ulang tahun Hana”. Bagi kita,
sudah jelas bahawa hari ulang tahun tidak menyebabkan jatuhnya si anak, namun
anak tersebut tampaknya bependapat demikian. Tiga tahun kemudian, bila
terjatuh, anak yang sama akan mengatakan, “Saya terjatuh karena roda depan
tergelincir dalam kubangan dan saya terlempar”, jelas, anak-anak memperoleh
gagasan canggih mengenai sebab akibat yang tidak mereka pelajari di sekolah.
(Alex, 2003: 204).
Contoh kasus kedua:
Ada seorang
karyawan yang punya problem ketinggalan kenaikan pangkat. Untuk memecahkan
problem itu, ia pergi ke dukun, kemudian membakar kemenyan, puasa mati-geni dan
sebagainya. Jika demikian maka ia tidak berpikir realistis namanya. Mestinya
untuk mengatasi problem itu ia harus meneliti faktor-faktor apa yang menjadi
penghambat(realita) dan berusaha menyelesaikan apa yang belum selesai, mengisi
apa yang kosong dan melengkapi apa yang kurang.
2.
Contoh Kasus Ingatan
Contohnya tentang hadiah terindah dari orangtua pada saat ulang tahun ke
17. Dimana waktu itu saya lupa bahwa besok merupakan hari special saya.
Sehingga saya tak menanti-nantikan sesuatu yang special juga pada waktu itu.
Saya tidur seperti biasa kira-kira pukul 22.30. ketika pukul 24.00 lewat
sedikit, saya dibangunkan oleh nyanyian Happy Birthday dari orangtua dan yang
paling mengagetkan, teman-teman saya juga ada di kamar saya ikut menyanyikan
lagu nyanyian selamat ulangtahun buat saya.
Sampai
sekarang, saya masih mengingat momen itu dimana saya terbangun dan melihat
orangtua beserta teman-teman saya. (rangsangan visual dari mata ditransfer ke
thalamus yang merupakan daerah visual dari korteks occipital). Aktifkan saraf
secara singkat mengadakan jejak yang disebut dengan register sensorik.
Contoh kasus kedua:
Anak-anak
kecil yang sedang belajar menghafal ayat-ayat pendek al-Qur’an . mereka
menghafal sedikit demi sedikit atau dengan memotong bagian ayat dalam sekali
ucapan. Lalu mereka mengulang-ulang potongan ayat tersebut sampai hafal. Lalu
setelah hafal, mereka melanjutkan dengan potongan ayat yang lain, dan setelah
semua potongan dihafal mereka lalu menghafal secara keseluruhan. Mengelompokkan
daftar panjang tujuan untuk mempermudah pengelolaannya. Jika mempunyai banyak
daftar yang harus dilakukan mungkin akan membuat bingung, tetapijika dikelompokkan
akan lebih mudah untuk mengelolanya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Ingatan itu
merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk menerima atau
memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali
(remembering) hal-hal yang telah lampau.
2. Hubungan antara
apa yang diingat dengan apa yang
dilupakan merupakan perbandingan yang terbaik. Makin banyak yang dapat diingat,
akan makin sedikit yang dilupakan, begitu sebaliknya.
3. Fungsi kedua dari
ingatan adalah mengenai penyimpanan (retention) apa yang dipelajari atau apa
yang dipersepsi.
4. Proses dalam pemecahan masalah itu disebut proses berfikir.
5. Berfikir
kreatif akan menciptakan sesuatu yang baru, timbulnya atau munculnya hal baru
tersebut secara tiba-tiba ini yang berkaitan dengan insight.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. PT RINEKA
CIPTA: Jakarta
Daradjat, Zakiah. 2008. Psikologi Dakwah.
Pustaka Firdana: Jakarta
Kuswana, Wowo S. 2013. Taksonomi Berpikir. PT
REMAJA BOEDAKARYA: Bandung
Kartono, Kartini. 2010. Patologi Sosial. PT
RAJAGRAFINDO PERSADA: Jakarta
Ma’udah, Dedeh. 2015. Psikologi. Lembaga Ilmiah
& Penerbitan UIN SGD: Bandung
MA, Patty. 1982. Pengantar Psikologi Umum.
USAHA NASIONAL: Surabaya
Salahuddin, Mahfudz. 1991. Pengantar Psikologi Umum.
PT Bina Ilmu: Surabaya
Sarwono, Sarlito W. 2013. Pengantar Psikologi Umum.
PT RAJAGRAFINDO
PERSADA: Jakarta
Shaleh, Abdul R. 2009. Psikologi: Suatu Pengantar
dalam Perspektif Islam.Prenada Media Group: Jakarta
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. CV PUSTAKA
SETIA: Bandung
Suryabrata, Sumadi. 2010. Psikologi Pendidikan.
PT RajaGrafindo Persada: Jakarta
Syam, Nina W. 2011. Psikologi Sebagai Akar Ilmu
Komunikasi. SIMBIOSA REKATAMA MEDIA: Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar