Sabtu, 13 Oktober 2018

Makalah Berpikir dan Ingatan


MAKALAH
BERPIKIR DAN INGATAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
 Dasar - Dasar Pemahaman Tingkah Laku














Disusun oleh :


1. Sumarni                                                                           (17012044)
2.Winda Alifiyyah Syifaa Harahap                                        (17012047)
3.Eni Purwati                                                                       (17012060)





PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
IKIP PGRI WATES YOGYAKARTA
TAHUN 2017







KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allas SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat dan salam untuk Rosulullah SAW keluarga dan sahabatnya sampai akhir zaman amin.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada kedua orang tua yang telah mendoakan serta membimbing kami hingga menjadi seperti ini. Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Tentunya masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik dalam hal bahasa, tulisan,maupun penguasaan materi. Kritik dan saran membangun sangat kami harapkan demi perbaikan di kemudian hari. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua.


                                                                                    Wates, Desember 2017



 

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL............................................................................................. i                   
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A. Pengertian Berpikir dan Ingatan.................................................................. 2
B. Proses Berpikir dan Ingatan......................................................................... 3
C. Macam Macam Berpikir dan Ingatan........................................................... 6
D. Faktor Penghambat Berpikir dan Ingatan.................................................... 7
E. Gangguan Berpikir dan Ingatan................................................................... 9
F. Contoh Kasus Berpikir dan Ingatan............................................................. 12
BAB III PENUTUP............................................................................................... 14
A. Kesimpulan.................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 15



 



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Sebagaimana telah dikatakan, psikologi mempersoalkan aktivitas manusia, baik yang dapat diamati maupun yang tidak. Secara umum aktivitas-aktivitas (dan penghayatan) itu dapat dicari hukum-hukum psikologis yang mendasarinya. Adalah penting sekali para pendidik mengetahui hukum-hukum tersebut sehingga dengan demikian akan dapat memahami anak didiknya dengan lebih baik. Dalam meninjau masalah ini kita menempatkan manusia di salam dunianya, selanjutnya kita coba jelaskan apa yang dihayati, sebagaimana penghayatannya, dan apa yang dikerjakannya, apa yang mendorongnya, dan sebagainya.
Dalam pembahasan kali ini, aktivitas-aktivitas manusia yang akan dibahas adalah mengenai ingatan dan berpikir. Dengan dianugerahi akal, maka manusia secara sadar menyadari atas semua hal yang dilakukannya, dan dengan akal tersebut manusia dapat menggunakannya dalam berpikir dan mengingat sesuatu. Namun tidak semua manusia dapat memaksimalkannya dengan baik, ada yang disebabkan karena memang sejak lahir mempunyai kekurangan, dan ada yang karena faktor luar yang menyebabkan kurang dalam berpikir.

B.  Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Berpikir?
2. Apa Pengertian Ingatan?
3. Bagaimana proses berpikir?
4. Bagaimana proses ingatan?
5. Jenisjenis berpikir dan Ingatan
6. Faktor penghambat dalam berpikir dan Inagtan
7. Gangguan dalam berpikir dan ingatan

C.  Tujuan Penulisan
1.Mengetahui definisi berpikir dan ingatan
2.Mengetahui Proses berpikir dan mengingat
3.Mengetahui Macam macam berpikir dan ingatan
4. Mengatahui Gangguan berpikir dan ingatan






BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian Berpikir dan Ingatan
1.        Pengertian Berpikir
Berpikir adalah satu kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang sebagai pengganti obyek dan peristiwa. Berpikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak. (Achmad, 2008 hal. 124)
Berpikir juga dapat diartikan sebagai akumulasi dari proses sensasi, asosiasi, persepsi, dan memori yang dikeluarkan untuk mengambil keputusan.(Nina, 2011: 5).
Terdapat beberapa macam pendapat mengenai pengertian berpikir, diantaranya  yang menganggap berpikir sebagai suatu proses asosiasi saja, ada pula yang memandang berpikir sebagai proses penguatan hubungan antara stimulus dan respons, ada yang mengemukakan bahwa berpikir itu merupakan suatu kegiatan psikis untuk mencari hubungan antara dua objek atau lebih. Selain itu terdapat pula pendapat para ahli mengenai berfikir diantaranya:
a.         Philip L. Harriman mengungkapkan, bahwa berpikir(thinking)adalah istilah yang sangat luas dengan berbagai definisi misalnya, angan-angan, pertimbangan, kreativitas, tingkah laku seperti jika (as if, vaihinger), pembicaraa yang lengkap, aktivitas idaman, pemecahan masalah, penentuan, perencanaan, dan sebagainya, aktivitas dalam menanggapi suatu situasi yang tidak objektif yang menyerang organ panca indra.
b.         “Berpikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan dnegan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak,” kata Floyd L. Ruch dalam bukunya yang klasik, Psychology and Life (1967). (Abdul, 2009: 225).
c.         Secara singkat Anita Taylor mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan (thinking is an inferring process) (Taylor et. Al., 1977: 55). (Nina, 2011: 5).


2.      Pengertian Ingatan
Ingatan (memory) ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan memproduksikan kesan-kesan. Ada 3 unsur dalam perbuatan ingatan, ialah menerima kesan-kesan, menyimpan dan mereproduksikan. Adapun definisi ingatan menurut beberapa ahli:
a.       Ingatan adalah setiap ungkapan, dalam mana kaitan psikis dimanifestasikan dalam dimensi waktu (kohnstamn).
b.      Ingatan adalah kaitan masa lampau dari pengalaman (W. Stern). (Kartini, 2010: 107)
Mengingat adalah perbuatan menyimpan hal-hal yang sudah pernah diketahui untuk dikeluarkan dan pada saat lain digunakan kembali. Pendapat lain menyatakan ingatan adalah simpanan pola dari sambungan-sambungan antara neuron-neuron di otak. Oleh karena itu, tanpa ingatan hampir tidak mungkin seseorang mempelajari sesuatu. (Sarlito, 2013: 115).

B.       Proses Berpikir dan Ingatan
1.         PROSES BERPIKIR
            Dalam berpikir seseorang tentunya melalu beberapa proses. Diantaranya:
a)         Pembentukkan Pengertian
Yang dimaksud dengan pengertian ialah himpunan ciri-ciri hakiki atau sifat yang khas dari sesuatu yang lain. Pengertian diperoleh berdasarkan pengalaman, atau dengan jalan berpikir.
Akal berusaha mencari sejumlah ciri pokok dari sekumpulan objek-objek tersebut, sehingga terpisah dari ciri-ciri objek selainnya yang tidak perlu dan tidak mesti ada. Misalnya, binatang bertulang belakang, Apa-apa yang menjadi ciri binatang bertulang belakang dikumpulkan, yang bukan dipisahkan, tidak dimasukkan.
b)        Pembentukkan Pendapat
Pendapat dibentuk dari dua pengertian atau lebih yang merupakan hasil dari perbuatan pikiran yang mengandung hubungan arti. Misalnya, kita menyatakan: “Rumah yang baru itu indah” Pendapat semacam ini disebut pendapat yang positif. Sebaliknya “Rumah itu jelek” pendapat ini disebut pendapat yang negatif.
Ada juga kriteria lain, “pendapat modalitet”, yaitu pendapat yang menyatakan kemungkinan, dan keraguan tentang sesuatu unsur dari sesuatu. Misalnya, Si A mungkin orang yang jujur, mungkin juga penipu.
Setiap pendapat dinyatakan dengan bahasa dalam bentuk kalimat yang terdiri atas:
1.             Subjek (pokok kalimat), suatu pengertian yang diterangkan.
2.             Predikat (sebutan kalimat), suatu pengertian yang menerangkat.
c)         Pembentukkan Keputusan
Menurut terjadinya ada tiga macam keputusan, yaitu:
1.    Keputusan dari pengalaman-pengalaman, misalnya:
a.    Kemarin paman duduk dikursi yang panjang.
b.   Mesjid di Kota Kami di sebelah barat alun-alun.
2.    Keputusan dari tanggapan-tanggapan, misalnya:
a.    Anjing Kami menggigit seorang kusir.
b.   Sepeda saya sudah tua, dan lain-lain.
3.    Keputusan dari pengertian-pengertian, misalnya:
a.    Berdusta adalah tidak baik.
b.   Bunga itu indah, dan lain-lain.

d)        Pembentukkan Kesimpulan
Tujuan dari berpikir ialah mencari pemecahan-pemecahan masalah yang dihadapi. Berdasarkan data-data yang didapatkan, maka ditarik kesimpulan sebagai pendapat yang akhir berdasarkan data-data atau pendapat yang mendahuluinya.
Jadi pembentukan kesimpulan adalah membentuk suatu pendapat berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada.
Untuk menarik kesimpulan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1.    Atas dasar analogi
Kesimpulan atas dasar analogi, yaitu kesimpulan yang diambil dengan cara mengkiaskan atau menyamakan antara sesuatu dengan yang lain berdasarkan pertimbangan hal/kejadian-kejadian yang sama yang terjadi sebelumnya.
2.        Secara induktif
Kesimpulan yang diambil secara induktif, yaitu kesimpulan yang diambil berdasarkan hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang sama, kemudian diambil sifat-sifatnya yang berlaku umum bagi hal-hal atau peristiwa-peristiwa
3.        Secara deduktif
Kesimpulan ini diambil dari konsep yang bersifat umum untuk hal-hal yang bersifat khusus. (Dedeh, 2015: 93)

2.      PROSES INGATAN
Ada tiga momen ingatan:
a)         MOMEN MENCAMKAN
Menurut terjadinya, mencamkan itu dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
i)                    Mencamkan yang sekehendak, dan
ii)                  Mencamkan yang tidak sekehendak.
Mencamkan yang tidak sekehendak atau tidak disengaja itu artinya dengan tidak dikehendaki, tidak disengaja, memperoleh sesuatu pengetahuan. Sedangkan mencamkan dengan sekehendak atau dengan sengaja artinya mencamkan dengan sengaja dan dikehendaki; dengan sadar sungguh-sungguh mencamkan sesuatu(menghafal).
b)      MOMEN MENYIMPAN
Setalah kita selesai mencamkan, banyak sekali hal-hal yang kita lupakan, tetapi lebih kemudian yang kita lupakan lagi makin lama makin sedikit. Maka bahan yang ingin kita ingat dengan baik, haruslah terus-menerus kita ulangi; dan untuk keperluan ini tentu saja kita harus membagi-bagi waktu belajar secara baik.
c)      MOMEN MEMPRODUKSI. (Patty,1982: 107)          
Reproduksi adalah pengaktifan kembali hal-hal yang telah dicamkan. Dalam reproduksi ada dua bentuk, yaitu:
a)             Mengingat kembali (recall), dan
b)            Mengenal kembali (recognition).




C.       Jenis/Macam Berpikir Dan Ingatan
1.        Jenis/Macam Berpikir
Floyd L. Ruch (1967) menyebut tiga macam berpikir realistik:
a)       Berpikir Deduktif
Deduktif merupakan sifat deduksi. Kata deduksi berasal dari kata Latin deducere (de berarti ‘dari’, dan kata ducere berarti ‘mengantar’, ‘memimpin’). Dengan demikian, kata deduksi yang diturunkan dari kata itu berarti ‘mengantar dari suatu hal ke hal lain’. Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduksi merupakan proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan (Keraf. 1994:57). Contoh: Semua manusia akan mati (kesimpulan umum)
Socrates adalah manusia (kesimpulan khusus)
Jadi, Socrates akan mati (kesimpulan deduksi)
b)        Berpikir induktif
Induksi adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan(inferensi). Jadi, berpikir induktif ialah menarik suatu kesimpulan umum dari berbagai kejadian(data) yang ada di sekitarnya. Contoh: Seorang guru mengadakan eksperimen-eksperimen menanam biji-bijian bersama murid-muridnya; tumbuhnya ke atas pula; kacang merah ditanam dengan mata lembaganya di sebelah bawah, tumbuhnya ke atas pula; biji-biji yang lain demikian pula. Kesimpulannya: semua batang tanaman tumbuhnya ke atas mencari sinar matahari
c)         Berpikir evaluatif
Berpikir evaluatif adalahh berpikir kritis, menilai baik-uruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu(Rakhmat, 1994). (Alex, 2003 Hal.214)
           
2.       Macam/Jenis Ingatan
a.         Ingatan yang cepat dan mudah; artinya seseorang dapat dengan mudah dalam menerima kesankesan, misalnya: ada orang yang dengan cepat dapat mengingat baik-baik suatu lagu dan ada pula yang lambat.
b.         Ingatan yang luas, artinya; dalam sekaligus sesorang dapat menerima banyak kesan-kesan dan dalam daerah yang luas.
c.         Ingatan yang teguh, artinya; kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah, melainkan tetap sebagaimana pada waktu menerimanya.
d.        Ingatan yang setia, artinya; kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah, melainkan tetap sebagaiman pada waktu menerimanya.
e.         Ingatan mengabdi atau patuh, berarti; bahwa kesan yang pernah dicamkan dapat dengan mudah direproduksikan secara lancar. (Mahfudz, 1991 Hal.92)
Sistem yang dibangun untuk ingatan agar sebuah informasi tetap diingat adalah melalui:
a)         Ingatan sensori
Yaitu tempat sementara penyimpanan informasi. Pada bagian ini modalitas dari sensori individu amatlah penting, dari pancaindera, yang bisaberupa visual atau pendengaran dan segera masuk ke dalam bagian khusus korteks (Foer, 2007). Bersifat sangat sebentar dan cepat. Daya simpannya hanya sekitar satu detik( Feldman, 2003). Informasi yang disimpan oleh individu sangat tinggi.
b)      Ingatan jangka pendek
Dibagian ini ingatan dapat bertahan selama 15-25 detik (Feldman, 2003). Kapasitanya terbatas, sekitar lima sampai sembilan unti informasi, sering disebut “seven-plus-orminus-two”.
c)      Ingatan jangka panjang
Penyimpanan informasi relatif permanen, walaupun terkadang sulit untuk dikeluarkan kembali( Feldman, 20013). Kapasitasnya nyari tak terbatas. Kapasitasnya yang luar biasa inilah yang kemudian menyimpan banyak hal yang umumnya berupa fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa, kebiasaan, ingaan, dan emosi (Foer, 2007). (Sarlito, 2013: 116)

D.      Faktor-Faktor Penghambat Berpikir dan Ingatan
1.             Faktor Penghambat Berpikir
Hambatan-hambatan yang mungkin timbul dalam proses berpikir dapat disebabkan, antara lain:
a.         Data yang ada kurang sempurna sehingga masih banyak lagi data yang harus diperoleh;
b.         Data yang ada dalam keadaan “confuse”, data yang satu bertentangan dengan data yang lain, sehingga keadaan itu akan membingungkan dalam proses berpikir. Kekurangan fakta dan kurang jelasnya fakta akan menjadikan hambatan bagi orang dalam berpikir, lebih-lebih kalau datanya satu sama lain saling bertentangan. (Dedeh, 2015: 101)
           
2.        Faktor Penghambat Ingatan
 Ada faktor-faktor yang ternyata mempengaruhi daya kerja ingat antara lain:
a.       Faktor usia, ingatan yang paling tajam pada diri manusia kurang lebih pada masa kanak-kanak (10-14 tahun) dan ini berlaku untuk ingatan yang bersifat mekanis yakni ingatan untuk kesan-kesan penginderaan. Sesudah usia tersebut, kemampuan untuk mencamkan dalam ingatan juga dapat dipertinggi akan tetapi untuk kesan-kesan yang mengandung pengertian (daya ingat logis) dan ini berlangsung antara usia 15-50 tahun.
b.      Kondisi fisik, misalnya kelelahan, sakit, dan kurang tidur dapat menurunkan daya kerja atau prestasi ingatan.
c.       Faktor emosi, dalam hal ini seseorang akan mengingat sesuatu lebih baik apabila peristiwa-peristiwa itu menyentuh perasaan-perasaan sedangkan kejadian yang tidak menyentuh emosi seringkali diabaikan.
d.      Minat dan Motivasi, dalam pengalaman sehari-hari, kita sering mengamati remaja yang tidak lupa suatu lirik lagu walaupun dalam bahasa asing. Orang yang sering bepergian, mempunyai ingatan tentang ilmu bumi yang jauh lebih baik daripada yang tidak pernah kemana-mana. Artinya disini seseorang yang mengingat segala sesuatu tentang hal yang disukainya jauh lebih baik dari pada hal yang tidak disukainya. Jelaslah minat sangat meningkatkan motivasi dan pada gilirannya akan meningkatkan daya ingat.



E.    Gangguan Berpikir dan Ingatan
1.      Gangguan dalam Berpikir
a.         Kelambatan Daya Pikir: Bradyfreni
Pada peristiwa gangguan pikiran bradyfreni, arus-arus pikiran-pikiran bisa jadi lamban/lambat. Kelambanan itu jugaa bisa berlangsung pada peristiwa amnetis dan cedara otak. Keadaan amnetis adalah keadaan pasien yang tengah mengalami defek-defek ingatan(kehilangan ingatan). Reaksi orang yang bersangkutan menjadi sangat lambat, dan dengan susah payah dia akan menjawab pertanyaan orang lain.
Pasien terus melekat pada suatu masalah atau satu tema; kemudian berputar-putar pada masalahnya, tanpa bisa memahami maknanya, juga tanpa bisa memecahkannya. Peristiwa ini disebut perseverasi (bertahan, terus melekat). Sedang apabila pikiran itu terus-menerus melingkar dan semakin jauh dari realitas nyata, maka kejadian ini disebut berpikir divergent; yaiu berpikir semakin lama semakin melebar dan menjauh.
Selanjutnya, kelambatan berpikir juga bisa disebabkan oleh: adanya semacam rem-rem psikis; misalnya oleh rasa malu, rendah diri dan kecemasan. Dalam kondisi sedemikia, arus pikiran jadi terhambat atau terhalang-halangi; khususnya terhambat oleh suasana hati yang depresif dan kemurungan yang abnormal.
b.         Percepatan pada pikiran
Pada peristiwa mani-mani, kondisi panas hati, dan pasien menjadi sangat gelisah serta bingung, pikiran bisa dipercepat. Pasien ingin bercerita sebanyak-banyaknya, sehingga dia tidak mampu menyelesaikan pikiran sendiri. Kadangkala terputus rangkaian kalimat dan pengertiannya, sehingga si penderita tampak sangat kalut-kusut dalam cara berpikirnya.
Pikiran sering juga meloncat-loncat dengan amat cepat, namun tanpa arah. Bahkan pikiran yang satu membentur pikran lainnay, sebab tidak cocok satu sama lain. Pikirannya tentang cepat seperti diburu-buru. Pasien yang menderita manis dan sangat panas hatinya, sering menyatakan bahwa kehidupan batinnya snagat liar, lepas lari berlarat-larat, dan ganas menggelora, bagaikan percepatan rim, tanpa bisa dikendalikan.

c.         Terputusnya pikiran
Terputus atau terpotongnya pikiran itu bisa disebabkan oleh: 1) obsesi psikis, 2) gejala epilepsi (ayan), atau 3) hilangnya kesadaran dalam waktu singkat. Pada, beberapa penderita psikotis, arus pikiran secara tiba-tiba bisa terpotong putus, tanpa adanya penurunan atau hilangnya kesadaran. Peristiwa sedemikian ini disebut: sperrung atau penyekatan-pikiran. Sekatan dalam hal ini affek-afek yang kuat. Tiba-tiba saja si pasien tidak bisa meneruskan pikiran dan bicaranya.
Peristiwa “sperrung” ini mirip sekali dengan peristiwa terputusnyasceara tiba-tiba kesanggupan berbicara karena rasa malu, tersipu-sipu, atau tersinggung perasaan oleh sesuatu yang menyakitkan hati. Juga oleh usaha pendesakan dari pikiran-pikiran da perasaan-perasaan yang kurang pantas kedalam ketidaksadaran. Disamping itu, para penderita yang kehilangan inisiatif, dan mereka yang dengan tiba-tiba tidak sudi melanjutkan komunikasinya dengan orang lain, mengalami peristiwa “sperrung” tersebut.
d.        Inkorberensi pada Kemampuan Berpikir
Pikiran menjadi kusut-masai, apabila pasien terganggu fungsi kesadarannya. Dan pikiran disebut inkroherent atau tidak runtun apabila kesadarannya jelas-jernih, namun kaitan/hubungan diantara onderdil-onderdil atau bagian-bagian dari pikiran tersebut tidak ada, dan terputus-putus keadaannya.
Maka keteraturan/orde dalam berpikir itu bisa berlangsung apabila pikiran dan tanggapan-tanggpan tersebut selalu mengandung relasi-relasi: 1) waktu, 2) tempat, 3) kausal atau sebab-musabab, dan 4) final atau mengarah pada tujuan tertentu. (Kartini, 2010: 84)
e.          Oligeprenia: tuna kecerdasan (oliges = sedikit; phren = jiwa, pikiran). Penderita oligeprenia seolah-olah dilahirkan dengan bekal yang terbatas, dan perkembangan inteleknya pun terbatas pula.
f.           Idiola: ketunaan yang terberat, terdapat tanda-tanda tidak ada kemampuan memenuhi hidup sendiri, sukar mengembangkan diri.
g.         Imbesila: dungu, lebih ringan daripada idiot. Orang yang imbesila sudah dapat mandi sendiri, makan sendiri, hanya tingkat perkembangannya terbatas.
h.         Debilita: tolol, moron, lemah kemampuan. Kemampuannya mendekati ornag yang normal, namun taraf kemajuan yang dapat dicapai masih sangat terbatas.
i.           Demensia: mula-mula penderita mengalami perkembangan normal, tetapi sesuatu sebab perkembangannya terhenti dan mengalami kemunduran yang mencolok.
j.           Delusia: (keadaan yang menunjukkan gagasan yang ilusif). Delusia sangat erat hubungannya dengan gejala ilusi. Penderita mempunyai keyakinan yang kuat tentang sesuatu, tetapi tidak menurut kenyataan.
k.         Obsesia: (obsessio=pengepungan). Penderita seolah-olah dikepung atau dicengkeram oleh pikiran-pikiran tertentu yang tidak masuk akal(tidak logis). Makin besar usaha untuk melepaskan diri, makin besar pula gangguan pikiran yang mencengkeram. (Abu, 2009: 185).

2.      Gangguan pada Ingatan
a.         Amnesia
Amnesia ialah: hilangnya ingatan, yang bisa berlangsung dalam waktu pendek, maupun berlanjut kepanjangan; khususnya hal ini menyangkut ide-ide yang harus diungkapkan dengan kata-kata. Amnesia juga bisa berlangsung definitif, secara tetap, dan hilang untuk selama-lamanya. Sifatnya bisa sebagian/persial saja yang hilang dari ingatan; akan tetapi bisa juga bersifat total, yaitu seluruh kesadaran masa lampau hilang sama sekali, atau terganggu secara total, dan tidak dapat diingat kembali. Kadangkala amensia itu bisa berlangsung secara periodik atau berkala. Pada peristiwa gagar otak (commotio cerebri) dan cedera pada otak, amnesia sering terjadi.
b.         Hambatan pada Reproduksi
Reproduksi dari tanggapan ialah: pemunculan tanggapan-tanggapan dari keadaan di bawah-sadar (tidak disadari, dalam keadaan latent) kedalam keadaan disadari atau dijadikan aktual dan dapat diingat kembali.
Pada proses-proses reproduksi ini penyebab daripada hambatannya yang terutama ialah emosi-emosi. Misalnya wujud: rasa malu yang hebat, kecemasan kronis, rasa rendah diri, rasa takut, yang semuanya menghambat kelancaran reproduksi dari tanggapan-tanggapan yang menghambat pula kelancaran fungsi ingatan.
c.         Senilitas dan Dementia Senilitas
d.        Senil( latin senilis) itu artinya: tua-renta, lisut, jompo; kekanak-kanakan. Senilitas = menjadi tua atau jompo, gejala ketuaan.
Dementia senilitas adalah kemunduran dan kerusakan pada “jiwa”, disebabkan oleh ktuaan dengan tanda-tandanya kerusakan atau kemunduran fungsi intelektual, penalaran, ingatan, dan kemauan disertai kebingungan, disorientasi terhadap lingkungan, apathi dan stupor (kurang sadar, membisu, tidak mampu menerima perangsang dari luar).
Dementia pra-senilitas terjadi pada usia kurang lebih 40-50 tahun, dengan tanda-tanda: perubahan mental dan kerusakan-kerusakan otak dari tingkat yang ringan sampai ke tingkat berat, gangguan apbasia (tidak bisa berbicara) dan apraxia (gangguan berbicara); juga tidak mampu melakukan kecekatan aktivitas yang sederhana.
Pada tingkat pertama dementia pra-senilitas, kondisinya sebagai berikut: kurang daya apersepsi dan pengertian; ada perubahan pada intelek, cepat kehilangan ingatan terhadap peristiwa masa sekarang. Pada tingkat lanjut, gangguan-gangguan intelek dan emosi bertambah; khususnya gangguan pada ingatan.
     
F.       Contoh Kasus Berpikir dan Ingatan
1.      Contoh Kasus Berpikir
Contoh kasus cara berpikir seorang anak:
Seorang anak usia berusia empat tahun terjatuh dari sepedanya, lalu berkata, “Saya terjatuh karena hari ini hari ulang tahun Hana”. Bagi kita, sudah jelas bahawa hari ulang tahun tidak menyebabkan jatuhnya si anak, namun anak tersebut tampaknya bependapat demikian. Tiga tahun kemudian, bila terjatuh, anak yang sama akan mengatakan, “Saya terjatuh karena roda depan tergelincir dalam kubangan dan saya terlempar”, jelas, anak-anak memperoleh gagasan canggih mengenai sebab akibat yang tidak mereka pelajari di sekolah. (Alex, 2003: 204).
Contoh kasus kedua:
Ada seorang karyawan yang punya problem ketinggalan kenaikan pangkat. Untuk memecahkan problem itu, ia pergi ke dukun, kemudian membakar kemenyan, puasa mati-geni dan sebagainya. Jika demikian maka ia tidak berpikir realistis namanya. Mestinya untuk mengatasi problem itu ia harus meneliti faktor-faktor apa yang menjadi penghambat(realita) dan berusaha menyelesaikan apa yang belum selesai, mengisi apa yang kosong dan melengkapi apa yang kurang.


2.      Contoh Kasus Ingatan
Contohnya tentang hadiah terindah dari orangtua pada saat ulang tahun ke 17. Dimana waktu itu saya lupa bahwa besok merupakan hari special saya. Sehingga saya tak menanti-nantikan sesuatu yang special juga pada waktu itu. Saya tidur seperti biasa kira-kira pukul 22.30. ketika pukul 24.00 lewat sedikit, saya dibangunkan oleh nyanyian Happy Birthday dari orangtua dan yang paling mengagetkan, teman-teman saya juga ada di kamar saya ikut menyanyikan lagu nyanyian selamat ulangtahun buat saya.
Sampai sekarang, saya masih mengingat momen itu dimana saya terbangun dan melihat orangtua beserta teman-teman saya. (rangsangan visual dari mata ditransfer ke thalamus yang merupakan daerah visual dari korteks occipital). Aktifkan saraf secara singkat mengadakan jejak yang disebut dengan register sensorik.
Contoh kasus kedua:
Anak-anak kecil yang sedang belajar menghafal ayat-ayat pendek al-Qur’an . mereka menghafal sedikit demi sedikit atau dengan memotong bagian ayat dalam sekali ucapan. Lalu mereka mengulang-ulang potongan ayat tersebut sampai hafal. Lalu setelah hafal, mereka melanjutkan dengan potongan ayat yang lain, dan setelah semua potongan dihafal mereka lalu menghafal secara keseluruhan. Mengelompokkan daftar panjang tujuan untuk mempermudah pengelolaannya. Jika mempunyai banyak daftar yang harus dilakukan mungkin akan membuat bingung, tetapijika dikelompokkan akan lebih mudah untuk mengelolanya.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.    Ingatan itu merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk menerima atau memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau.
2.    Hubungan antara apa  yang diingat dengan apa yang dilupakan merupakan perbandingan yang terbaik. Makin banyak yang dapat diingat, akan makin sedikit yang dilupakan, begitu sebaliknya.
3.    Fungsi kedua dari ingatan adalah mengenai penyimpanan (retention) apa yang dipelajari atau apa yang dipersepsi.
4.    Proses dalam pemecahan masalah itu disebut proses berfikir.
5.    Berfikir kreatif akan menciptakan sesuatu yang baru, timbulnya atau munculnya hal baru tersebut secara tiba-tiba ini yang berkaitan dengan insight.




DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. PT RINEKA CIPTA: Jakarta

Daradjat, Zakiah. 2008. Psikologi Dakwah. Pustaka Firdana: Jakarta

Kuswana, Wowo S. 2013. Taksonomi Berpikir. PT REMAJA BOEDAKARYA: Bandung

Kartono, Kartini. 2010. Patologi Sosial. PT RAJAGRAFINDO PERSADA: Jakarta

Ma’udah, Dedeh. 2015. Psikologi. Lembaga Ilmiah & Penerbitan UIN SGD: Bandung

MA, Patty. 1982. Pengantar Psikologi Umum. USAHA NASIONAL: Surabaya

Salahuddin, Mahfudz. 1991. Pengantar Psikologi Umum. PT Bina Ilmu: Surabaya

Sarwono, Sarlito W. 2013. Pengantar Psikologi Umum. PT RAJAGRAFINDO PERSADA: Jakarta

Shaleh, Abdul R. 2009. Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam.Prenada Media Group: Jakarta

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. CV PUSTAKA SETIA: Bandung

Suryabrata, Sumadi. 2010. Psikologi Pendidikan. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta


Syam, Nina W. 2011. Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. SIMBIOSA REKATAMA MEDIA: Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pisang goreng vanili harum dan krispi

Pisang goreng vanili yang harum dan krispi siapa yang tidak suka dengan olahan pisang? sepertinya semuanya bakal suka resep pisang goreng...